Kamis, 25 Februari 2016

“JADILAH GEREJA” (GEREJA SEBAGAI KEHIDUPAN)



JADILAH GEREJA

(GEREJA SEBAGAI KEHIDUPAN)

1 Korintus 6:19-20,”Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Salah satu hal yang menyadarkan dan membuat saya sedih ketika mempelajari ini semua adalah menemukan bahwa gereja adalah kumpulan orang percaya, yang hidup di dalam kebenaran Kristus. Kita-lah gereja Tuhan pribadi lepas pribadi. Sebab selama ini saya berpikir gereja adalah sebuah tempat atau gedung, dimana saya sebagai “imam” bertugas.

Beberapa waktu lalu ada sebuah iklan minuman segar dimana anak kecil sedang minum minuman tersebut dan sebuah jeruk berupaya ingin mencicipi juga, lalu anak itu berkata,”Masa jeruk minum jeruk.” Ini merupakan hal yang terjadi pada kita juga. Saat seseorang bertanya kepada kita,”Hari Minggu ke gereja mana?” Masa gereja pergi ke gereja? Gereja sebenarnya bukanlah aktivitas tetapi bagian kehidupan kita. Jangan pernah menyamakan (pergi ke) gereja dengan aktivitas seperti pergi ke pasar, kantor, bioskop atau mall. Bila pola pikir kita seperti itu maka janganlah heran bila  kita seolah memiliki kepribadian ganda. Di dalam gedung gereja kita dapat berpenampilan bagai seorang malaikat suci tetapi keluar gedung itu kita bagaikan kuda lepas kandang. Mentalitas ini harus keluar dari gereja yang sesungguhnya.

Dirimu adalah bait Allah

Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa setelah kita menyerahkan diri padaNya, dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, lebih lagi sebagai Raja di atas segala raja. Kita diangkat sebagai keluarga (anak Tuhan) sekaligus warga Kerajaan Tuhan (dimana kita harus tunduk pada nilai, hukum dan cara hidupNya sebagai hambaNya) dan kita diberi Amanat Agung untuk melakukan tujuan hidup kita di muka bumi di dalam rangka memperlebar Kerajaan Bapa dengan memuridkan bangsa-bangsa.
Ingatlah selalu setelah ditebus, tubuh kita telah disucikan oleh darahNya dan Ia bertahta atas hidup kita (1 Kor 6:19-20, 2 Kor 6:16b-7:1)

Kedua, pikul salib setiap hari (Luk 9:23) dan perbaharui pola pikir kita (Rm 12:1-2, 2 Kor 10:5, 1 Yoh 2:6,15-16)

Ketiga, selalu penuh dan dipimpin Roh Kudus untuk mencapai “destiny” Tuhan (Kis 1:8, Ef 5:18)

Kita harus memiliki integritas dalam hidup kita. Dimanapun kita hidup atau berada, kualitas kita tidak berubah.

Takut akan Tuhan harus:

  1. Dimulai di rumah dan kualitas rohanimu teruji di rumah (1 Tim 3:2-5,12)
  2. Memiliki kualitas di tempat kerja dan masyarakat (1 Tim 3:7, Kis 6:3, 9:36-39)
  3. Menjadi berkat dalam komunitas Kristen/gereja (Kis 2:42-47)

Kita bisa melayani “di gereja” namun hidup keluarga kita berantakan, tetapi keluarga atau pribadi yang takut akan Tuhan dan “mempraktekkan hidup Kristus” pasti melayani keluarganya,  juga masyarakat dan saudara seimannya/gereja.

Hidup Bersama Yesus Setiap Hari

Selama ini banyak orang memusatkan diri pada aktivitas gereja, bukan pada Yesus Kristus. Salah satu sebab utama mengapa kita lamban dalam pertumbuhan rohani akibat kita memusatkan diri pada konsep bergereja bukan pada kehidupan bergereja. Pertumbuhan rohani kita berasal dari kehidupan Kristus di dalam kita sebagai ciptaan baru di dalam Dia. Jika kita hidup melekat padaNya maka kita akan mengalami pertumbuhan kasih, sukacita, ketabahan, kelemahlembutan dan segala kebajikan yang ada di dalam DIA. Kasih yang terpancar adalah wujud dari hidup Kristus dalam kita.

Dalam Ibrani 10:19-22 dinyatakan,”Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
Kehidupan yang dijalani Yesus di bumi adalah untuk membukakan bagi kita hubungan baru yang sempurna dengan Tuhan. Tidak menjadi masalah siapakah kita, gelar dan jabatan kita tidak ada artinya dihadapan Tuhan. Sebab Ia mencari orang yang mau membangun hubungan denganNya.

Perjanjian Baru merupakan perjanjian yang dibuat Tuhan untuk datang dan hidup di dalam kita secara pribadi dalam rangka memenuhi kehendakNya. Tuhan sendiri adalah Roh, dan Ia hidup di dalam diri kita. Untuk hidup bagi Kerajaan Allah haruslah kita bersatu dengan Sang Raja sehingga Ia memerintah kita dari dalam hati kita yang baru.
Keselamatan adalah hidup. Keselamatan yang Tuhan berikan haruslah dijalani menurut cara tertentu, supaya kita mengalami kualitas hidup tertentu. Rasul Paulus menyatakan dalam Filipi 2:12,”…tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar…” Mengerjakan keselamatan berarti hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan, hidup sebagai ciptaan baru, anak Tuhan yang memiliki hati yang baru, yang terus bertumbuh dewasa di dalam Kristus.
Kristuslah hidup kita! Dialah yang mendorong kita untuk taat melakukan kehendak Tuhan dan memberi kuasa untuk menyelesaikannya.
Kita perlu untuk senantiasa bersekutu dengan Dia. Mulailah memakai cara Tuhan di dalam memandang segala sesuatu yang ada di sekeliling kita. Ia memerdekakan kita dari dosa agar pribadi Kristus dalam kita terpancar keluar.
Ia meminta agar manusia batiniah kita semakin kuat. Kristus hidup di hati kita itulah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah. Dimana Tuhan Yesus menjadi Raja dan Ia datang untuk hidup di dalam kita. Kita dipersatukan denganNya dalam Roh. Kita adalah warga negara pemerintahanNya dan Ia sebagai Raja kita.
Alkitab mengajarkan Tuhan Yesus diam di dalam diri kita itu bukan sebagai sasaran untuk dicapai, tetapi fakta yang harus disadari. Sudahkah kita pernah sungguh-sungguh menyadari bahwa sekarang sebenarnya kita adalah baitNya? Kita sebenarnya tidak mungkin pergi ke gereja, sebab kitalah yang disebut gereja. Gereja sama sekali bukan gedung. Ia tinggal di hati umatNya pribadi lepas pribadi.
Pada hari Pentakosta, api tidak muncul di atas atap gedung ibadah, melainkan di atas umatNya. Bila kita percaya pada Yesus Kristus, maka Ia tinggal dalam kita. KerajaanNya datang dalam hati kita. Ia memasuki hati kita, menjadi satu dengan kita sehingga Ia dapat memerintah kita dari pusat komandoNya, yaitu hati kita.
Hidup kudus adalah hidup sepanjang saat dengan Yesus. Kita mempersilahkan Dia untuk memimpin setiap aspek kehidupan kita. Kita hidup normal sebagaimana biasanya namun Roh Allah akan menuntun kita. Menjalani kehidupan fisik sepenuhnya di bawah pimpinan Sang Raja dari dalam hati kita. Kekristenan bukan masalah lahiriah, melainkan masalah batiniah (di dalam) yang bekerja seiring dengan iman.
Yesus datang bukan untuk membawa agama (religion) baru, melainkan membawa hidup. Ia datang untuk tinggal dalam satu hubungan (relation) khusus dengan kita.
Kehidupan rohani kita tidak bergantung pada kebaktian-kebaktian, melainkan di dalam Kristus. Sekali lagi kita harus mengajukan pertanyaan ini pada diri sendiri, apakah kita berpusat pada kebaktian atau Kristus? Kini lebih banyak orang yang menghadiri satu seminar ke seminar rohani yang lainnya daripada dengan segenap hatinya mencari atau menggali kedalaman hubungan dengan Kristus.
Kristus beserta kita sepanjang hari bahkan waktu, Namun kita mengira, Ia hanya hadir di dalam kebaktian-kebaktian khusus saja. Oleh sebab itu kita pergi kesana kemari menghadiri berbagai kebaktian hanya sekedar untuk dapat merasakan kehadiranNya.
Yesus datang bukan hanya dua atau tiga jam dalam suatu ibadah saja lalu pulang ke surga. Ia hadir untuk menikmati persekutuan secara kontinu dengan kita, 24 jam sehari.
Berjalan dalam Roh adalah terus menerus menyadari kehadiranNya dalam hidup kita. Kita perlu memusatkan perhatian kita pada Kristus, Raja yang memerintah di dalam roh kita.
Tuhan membuat ruang bagi diriNya di dalam diri kita, ruang inilah yang kita sebut hati nurani. Hati nurani ini dibuat untuk Dia dan bukan untuk suatu konsep. Ketika kita meminta Yesus memasuki hati kita maka RohNya bersatu dengan roh kita. Sejak saat itu Ia memerintah intuisi kita.
Masalah menjadi timbul saat kita mencampuradukkan antara hati nurani dan pikiran kita.

Banyak orang Kristen yang tidak bergereja. Sebagaimana telah kita bahas pada bab sebelumnya bahwa banyak di antara mereka enggan datang ke tempat ibadah tetapi sebenarnya mendambakan Yesus. Mereka tidak menentang Yesus, tetapi menentang sistem gereja yang kini kita hidupi. Sesuatu yang sangat sederhana kita buat menjadi sulit dan rumit. Semua peraturan gereja membuat sistem kegerejaan kita sangat sukar dimengerti oleh orang yang berada di luar lingkungan gereja dan ternyata jumlah mereka jauh lebih besar daripada yang menghadiri ibadah tiap minggu.
Saya percaya bahwa segala sesuatu yang berasal dari Tuhan itu jauh lebih mudah dimengerti dan sederhana daripada cara kita beraktivitas di gedung ibadah.
Hidup di dalam Roh sebenarnya mudah sehingga orang yang paling sederhana pun dapat menjalaninya. Cara inilah yang Tuhan kehendaki untuk dijalani umatNya.

Ulangan 6:6-9,”Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”

Peraturan itu berlaku untuk seumur hidup untuk menjalani kehidupan kita sehari-hari. Sejak hukum Taurat diberikan Tuhan menghendaki umatNya memiliki gaya hidup dan bukan sekedar agama. Tuhan menghendaki jalanNya menjadi bagian hidup mereka. Mereka pun harus mengajarkan jalan Tuhan pada keturunan mereka.
Memimpin adalah hidup sebagai teladan dan bukan sekedar memberikan instruksi. Mengajar bukan sekedar memberi pelajaran, melainkan menjalani hidup sesuai dengan yang diajarkan.
Rumahtangga merupakan pusat kehidupan Kristiani dan bukan organisasi keagamaan atau sistem kegerejaan. Tuhan Yesus memberikan Hukum Taurat sebagai gaya hidup dan bukan seperangkat tata cara keagamaan supaya saleh.
Metode pengajaran Yesus sangat revolusioner, Ia menyatakan,”Mari ikutlah Aku dan lihatlah.” Yesus adalah pribadi yang sederhana dan sangat wajar, Ia datang untuk hidup di tengah manusia agar Ia dapat mengajar mereka bagaimana menjalani hidup sesuai kehendak Bapa.
Paulus pun mengikuti metode ini, saat ia berkata,”Tirulah teladanku, seperti aku meniru teladan Kristus.”
Baik Tuhan Yesus maupun Paulus, tidak sekedar membagikan pengetahuan, tetapi memberikan teladan dengan menghidupi apa yang mereka telah ajarkan. Paulus menyatakan bahwa kita merupakan “surat-surat Kristus” yang terbuka.
Tuhan Yesus membawa Kerajaan Allah ke bumi ini sehingga dapat tersebar di seluruh dunia, dan mengubah seluruh kehidupan yang ada di muka bumi.
Ia menginginkan manusia dilahirkan ke dalam KerajaanNya sehingga mereka dapat hidup di dalam Roh selama 24 jam sehari, menikmati hubungan yang kontinu dengan Tuhan, yang merupakan rancanganNya sejak semula. Dimana manusia akan memasuki sebuah dimensi persekutuan dengan Tuhan dalam tiap aspek kehidupannya.

Sekali Lagi Gereja Bukanlah Gedungnya

Pada zaman Perjanjian Lama umat Allah pergi ke tempat ibadah (bait Allah). Namun pada masa Perjanjian Baru, kitalah gereja.
Dalam banyak hal, ternyata manusia lebih menyukai sistem keagamaan, karena bila kita hanya pergi bergereja pada hari Minggu, maka hari-hari yang lain dapat kita nikmati untuk kepentingan kita sendiri. Kita dapat melakukan apa saja yang kita kehendaki.
Tuhan Yesus datang bukan untuk mulai mendirikan sebuah perkumpulan dimana kita semua dapat merasa nyaman di dalamnya.
Tuhan Yesus pun tak pernah memberikan perintah,”Pergilah ke seluruh dunia, dan bangunlah gedung-gedung ibadah untuk kemuliaanKU, jangan lupa juga menara doa 100 lantai dan bukit-bukit doa.”
Ia justru berkata,”….Aku dapat merubuhkan Bait Allah ini dan membangunnya kembali dalam 3 hari.” (Matius 26:61). Ia mengatakan tentang penggantian tubuhNya yang fana dengan tubuhNya yang sesungguhnya. Yang Ia maksudkan adalah kita menjadi tubuhNya, BaitNya. Kita telah dipilih untuk menggantikan bangunan yang jasmaniah sifatnya.
Kita mengira bahwa kehidupan Kristiani hanya berlangsung di dalam kebaktian-kebaktian. Segala sesuatu aktivitas keagamaan dalam gedung gereja, kita anggap sebagai kehidupan Kristiani.
Secara pribadi saya tidak menentang rekan-rekan yang lebih menyukai untuk tetap beribadah mengikuti tradisi gereja yang sudah ada atau yang mereka yakini. Penekanan saya adalah ibadah kita akan menjadi sia-sia bilamana Tuhan Yesus tidak menjadi pusat kehidupan kita dalam keseharian kita. Ia datang untuk membawa sesuatu yang baru, Kerajaan Allah.
Tuhan menempatkan kita di dunia untuk memberitakan Kabar Baik pada dunia terhilang, memperluas KerajaanNya dan bukannya untuk menikmati hidup untuk pemuasan diri sendiri.
Kita adalah terang bagi dunia. Tuhan menempatkan kita di lingkungan rumah, tempat bekerja, pasar, sekolah atau dimanapun agar kita bersinar menjadi terang di tengah kegelapan.
Setiap pria, kepala keluarga Kristen harus menjadi imam bagi keluarganya sendiri. Bagi siapapun yang hendak memimpin umat Tuhan harus terlebih dahulu menjadi imam yang baik dalam rumahtangganya. Persyaratan bagi mereka yang mau memimpin orang lain, mereka harus mempunyai rumahtangga yang baik dan anak-anak sendiri menghormatinya.
Bila keluarga kita saling mengasihi dan hidup dalam kebenaran, maka kita akan jadi saksi yang efektif dan penuh kuasa di dalam masyarakat.
Sudah waktunya bagi kita untuk tidak menjadi orang Kristen yang berorientasi pada kegiatan tetapi hubungan dengan Tuhan.
Ingat Tuhan Yesus datang kepada kita. IA berinkarnasi. IA menjalani kehidupan dengan menjalin hubungan dengan kita di bumi ini. Inkarnasi berarti IA ada “dalam daging atau dalam tubuh manusia”. IA adalah kebenaran “dalam wujud nyata” sehingga semua orang dapat melihat. Hingga kini Tuhan Yesus masih berinkarnasi, kita saat ini adalah kakiNya, tanganNya, mataNya dan mulutNya. Kita adalah tubuh Kristus. Kita adalah baitNya dan Roh Kudus berdiam dalam kita. Kita bukan allah tetapi Allah tinggal dalam kita. Saya pikir itu merupakan kebenaran atau realitas yang dapat mengubah kehidupan kita secara dramatis yang perlu diperhatikan semua orang. Kita harus mulai mengizinkan firman Tuhan dan Roh Kudus bekerja secara limpah dalam diri kita sehingga kehadiranNya bisa terlihat dengan jelas dari dalam diri kita.


“Menjadi murid yang bertumbuh setiap hari”

Tidak ada komentar: