“JADILAH GEREJA”
(GEREJA SEBAGAI KEHIDUPAN)
1 Korintus 6:19-20,”Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus
yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab
kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Salah satu hal yang menyadarkan dan membuat saya sedih ketika mempelajari
ini semua adalah menemukan bahwa gereja adalah kumpulan orang percaya, yang
hidup di dalam kebenaran Kristus. Kita-lah gereja Tuhan pribadi lepas pribadi. Sebab
selama ini saya berpikir gereja adalah sebuah tempat atau gedung, dimana saya
sebagai “imam” bertugas.
Beberapa waktu lalu ada sebuah iklan minuman segar dimana anak kecil sedang
minum minuman tersebut dan sebuah jeruk berupaya ingin mencicipi juga, lalu
anak itu berkata,”Masa jeruk minum jeruk.” Ini merupakan hal yang terjadi pada
kita juga. Saat seseorang bertanya kepada kita,”Hari Minggu ke gereja mana?”
Masa gereja pergi ke gereja? Gereja sebenarnya bukanlah aktivitas tetapi bagian kehidupan kita.
Jangan pernah menyamakan (pergi ke) gereja dengan aktivitas seperti pergi ke
pasar, kantor, bioskop atau mall. Bila pola pikir kita seperti itu maka
janganlah heran bila kita seolah
memiliki kepribadian ganda. Di dalam gedung gereja kita dapat berpenampilan bagai seorang
malaikat suci tetapi keluar gedung itu kita bagaikan kuda lepas kandang. Mentalitas ini harus keluar dari gereja
yang sesungguhnya.
Dirimu adalah bait Allah
Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa setelah kita menyerahkan
diri padaNya, dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita,
lebih lagi sebagai Raja di atas segala raja. Kita diangkat sebagai keluarga
(anak Tuhan) sekaligus warga Kerajaan Tuhan (dimana kita harus tunduk pada
nilai, hukum dan cara hidupNya sebagai hambaNya) dan kita diberi Amanat Agung
untuk melakukan tujuan hidup kita di muka bumi di dalam rangka memperlebar
Kerajaan Bapa dengan memuridkan bangsa-bangsa.
Ingatlah selalu setelah ditebus,
tubuh kita telah disucikan oleh darahNya dan Ia bertahta atas hidup kita (1 Kor
6:19-20, 2 Kor 6:16b-7:1)
Kedua, pikul salib setiap hari (Luk 9:23) dan perbaharui pola pikir
kita (Rm 12:1-2, 2 Kor 10:5, 1 Yoh 2:6,15-16)
Ketiga, selalu penuh dan dipimpin Roh Kudus untuk mencapai “destiny”
Tuhan (Kis 1:8, Ef 5:18)
Kita harus memiliki integritas
dalam hidup kita. Dimanapun kita hidup atau berada, kualitas kita tidak
berubah.
Takut akan Tuhan harus:
- Dimulai di rumah dan kualitas rohanimu teruji di rumah (1 Tim 3:2-5,12)
- Memiliki kualitas di tempat kerja dan masyarakat (1 Tim 3:7, Kis 6:3, 9:36-39)
- Menjadi berkat dalam komunitas Kristen/gereja (Kis 2:42-47)
Kita bisa melayani “di gereja” namun
hidup keluarga kita berantakan, tetapi keluarga atau pribadi yang takut akan
Tuhan dan “mempraktekkan hidup Kristus” pasti melayani keluarganya, juga masyarakat dan saudara seimannya/gereja.
Hidup Bersama Yesus Setiap Hari
Selama ini banyak orang memusatkan
diri pada aktivitas gereja, bukan pada Yesus Kristus. Salah satu sebab utama
mengapa kita lamban dalam pertumbuhan rohani akibat kita memusatkan diri pada
konsep bergereja bukan pada kehidupan bergereja. Pertumbuhan rohani kita
berasal dari kehidupan Kristus di dalam kita sebagai ciptaan baru di dalam Dia.
Jika kita hidup melekat padaNya maka kita akan mengalami pertumbuhan kasih,
sukacita, ketabahan, kelemahlembutan dan segala kebajikan yang ada di dalam
DIA. Kasih yang terpancar adalah wujud dari hidup Kristus dalam kita.
Dalam Ibrani 10:19-22
dinyatakan,”Jadi, saudara-saudara, oleh
darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir,
yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala
Rumah Allah. Karena itu marilah kita
menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh,
oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh
kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
Kehidupan yang dijalani Yesus di
bumi adalah untuk membukakan bagi kita hubungan baru yang sempurna dengan
Tuhan. Tidak menjadi masalah siapakah kita, gelar dan jabatan kita tidak ada
artinya dihadapan Tuhan. Sebab Ia mencari orang yang mau membangun hubungan
denganNya.
Perjanjian Baru merupakan
perjanjian yang dibuat Tuhan untuk datang dan hidup di dalam kita secara
pribadi dalam rangka memenuhi kehendakNya. Tuhan sendiri adalah Roh, dan Ia
hidup di dalam diri kita. Untuk hidup bagi Kerajaan Allah haruslah kita bersatu
dengan Sang Raja sehingga Ia memerintah kita dari dalam hati kita yang baru.
Keselamatan adalah hidup.
Keselamatan yang Tuhan berikan haruslah dijalani menurut cara tertentu, supaya
kita mengalami kualitas hidup tertentu. Rasul Paulus menyatakan dalam Filipi
2:12,”…tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar…” Mengerjakan
keselamatan berarti hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan, hidup sebagai
ciptaan baru, anak Tuhan yang memiliki hati yang baru, yang terus bertumbuh
dewasa di dalam Kristus.
Kristuslah hidup kita! Dialah
yang mendorong kita untuk taat melakukan kehendak Tuhan dan memberi kuasa untuk
menyelesaikannya.
Kita perlu untuk senantiasa
bersekutu dengan Dia. Mulailah memakai cara Tuhan di dalam memandang segala
sesuatu yang ada di sekeliling kita. Ia memerdekakan kita dari dosa agar
pribadi Kristus dalam kita terpancar keluar.
Ia meminta agar manusia batiniah
kita semakin kuat. Kristus hidup di hati kita itulah yang dimaksud dengan
Kerajaan Allah. Dimana Tuhan Yesus menjadi Raja dan Ia datang untuk hidup di
dalam kita. Kita dipersatukan denganNya dalam Roh. Kita adalah warga negara
pemerintahanNya dan Ia sebagai Raja kita.
Alkitab mengajarkan Tuhan Yesus
diam di dalam diri kita itu bukan sebagai sasaran untuk dicapai, tetapi fakta
yang harus disadari. Sudahkah kita pernah sungguh-sungguh menyadari bahwa
sekarang sebenarnya kita adalah baitNya? Kita sebenarnya tidak mungkin pergi ke
gereja, sebab kitalah yang disebut gereja. Gereja sama sekali bukan gedung. Ia
tinggal di hati umatNya pribadi lepas pribadi.
Pada hari Pentakosta, api tidak
muncul di atas atap gedung ibadah, melainkan di atas umatNya. Bila kita percaya
pada Yesus Kristus, maka Ia tinggal dalam kita. KerajaanNya datang dalam hati
kita. Ia memasuki hati kita, menjadi satu dengan kita sehingga Ia dapat
memerintah kita dari pusat komandoNya, yaitu hati kita.
Hidup kudus adalah hidup
sepanjang saat dengan Yesus. Kita mempersilahkan Dia untuk memimpin setiap
aspek kehidupan kita. Kita hidup normal sebagaimana biasanya namun Roh Allah
akan menuntun kita. Menjalani kehidupan fisik sepenuhnya di bawah pimpinan Sang
Raja dari dalam hati kita. Kekristenan bukan masalah lahiriah, melainkan
masalah batiniah (di dalam) yang bekerja seiring dengan iman.
Yesus datang bukan untuk membawa
agama (religion) baru, melainkan membawa hidup. Ia datang untuk tinggal dalam
satu hubungan (relation) khusus dengan kita.
Kehidupan rohani kita tidak
bergantung pada kebaktian-kebaktian, melainkan di dalam Kristus. Sekali lagi
kita harus mengajukan pertanyaan ini pada diri sendiri, apakah kita berpusat
pada kebaktian atau Kristus? Kini lebih banyak orang yang menghadiri satu
seminar ke seminar rohani yang lainnya daripada dengan segenap hatinya mencari
atau menggali kedalaman hubungan dengan Kristus.
Kristus beserta kita sepanjang
hari bahkan waktu, Namun kita mengira, Ia hanya hadir di dalam
kebaktian-kebaktian khusus saja. Oleh sebab itu kita pergi kesana kemari
menghadiri berbagai kebaktian hanya sekedar untuk dapat merasakan kehadiranNya.
Yesus datang bukan hanya dua atau
tiga jam dalam suatu ibadah saja lalu pulang ke surga. Ia hadir untuk menikmati
persekutuan secara kontinu dengan kita, 24 jam sehari.
Berjalan dalam Roh adalah terus
menerus menyadari kehadiranNya dalam hidup kita. Kita perlu memusatkan
perhatian kita pada Kristus, Raja yang memerintah di dalam roh kita.
Tuhan membuat ruang bagi diriNya
di dalam diri kita, ruang inilah yang kita sebut hati nurani. Hati nurani ini
dibuat untuk Dia dan bukan untuk suatu konsep. Ketika kita meminta Yesus
memasuki hati kita maka RohNya bersatu dengan roh kita. Sejak saat itu Ia
memerintah intuisi kita.
Masalah menjadi timbul saat kita
mencampuradukkan antara hati nurani dan pikiran kita.
Banyak orang Kristen yang tidak
bergereja. Sebagaimana telah kita bahas pada bab sebelumnya bahwa banyak di
antara mereka enggan datang ke tempat ibadah tetapi sebenarnya mendambakan
Yesus. Mereka tidak menentang Yesus, tetapi menentang sistem gereja yang kini kita
hidupi. Sesuatu yang sangat sederhana kita buat menjadi sulit dan rumit. Semua
peraturan gereja membuat sistem kegerejaan kita sangat sukar dimengerti oleh
orang yang berada di luar lingkungan gereja dan ternyata jumlah mereka jauh
lebih besar daripada yang menghadiri ibadah tiap minggu.
Saya percaya bahwa segala sesuatu
yang berasal dari Tuhan itu jauh lebih mudah dimengerti dan sederhana daripada
cara kita beraktivitas di gedung ibadah.
Hidup di dalam Roh sebenarnya
mudah sehingga orang yang paling sederhana pun dapat menjalaninya. Cara inilah
yang Tuhan kehendaki untuk dijalani umatNya.
Ulangan 6:6-9,”Apa yang
kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di
dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada
pintu gerbangmu.”
Peraturan itu berlaku untuk
seumur hidup untuk menjalani kehidupan kita sehari-hari. Sejak hukum Taurat
diberikan Tuhan menghendaki umatNya memiliki gaya hidup dan bukan sekedar
agama. Tuhan menghendaki jalanNya menjadi bagian hidup mereka. Mereka pun harus
mengajarkan jalan Tuhan pada keturunan mereka.
Memimpin adalah hidup sebagai
teladan dan bukan sekedar memberikan instruksi. Mengajar bukan sekedar memberi
pelajaran, melainkan menjalani hidup sesuai dengan yang diajarkan.
Rumahtangga merupakan pusat
kehidupan Kristiani dan bukan organisasi keagamaan atau sistem kegerejaan.
Tuhan Yesus memberikan Hukum Taurat sebagai gaya hidup dan bukan seperangkat
tata cara keagamaan supaya saleh.
Metode pengajaran Yesus sangat
revolusioner, Ia menyatakan,”Mari ikutlah Aku dan lihatlah.” Yesus adalah
pribadi yang sederhana dan sangat wajar, Ia datang untuk hidup di tengah
manusia agar Ia dapat mengajar mereka bagaimana menjalani hidup sesuai kehendak
Bapa.
Paulus pun mengikuti metode ini,
saat ia berkata,”Tirulah teladanku, seperti aku meniru teladan Kristus.”
Baik Tuhan Yesus maupun Paulus,
tidak sekedar membagikan pengetahuan, tetapi memberikan teladan dengan
menghidupi apa yang mereka telah ajarkan. Paulus menyatakan bahwa kita
merupakan “surat-surat Kristus” yang terbuka.
Tuhan Yesus membawa Kerajaan
Allah ke bumi ini sehingga dapat tersebar di seluruh dunia, dan mengubah
seluruh kehidupan yang ada di muka bumi.
Ia menginginkan manusia
dilahirkan ke dalam KerajaanNya sehingga mereka dapat hidup di dalam Roh selama
24 jam sehari, menikmati hubungan yang kontinu dengan Tuhan, yang merupakan
rancanganNya sejak semula. Dimana manusia akan memasuki sebuah dimensi
persekutuan dengan Tuhan dalam tiap aspek kehidupannya.
Sekali Lagi Gereja Bukanlah Gedungnya
Pada zaman Perjanjian Lama umat
Allah pergi ke tempat ibadah (bait Allah). Namun pada masa Perjanjian Baru,
kitalah gereja.
Dalam banyak hal, ternyata
manusia lebih menyukai sistem keagamaan, karena bila kita hanya pergi bergereja
pada hari Minggu, maka hari-hari yang lain dapat kita nikmati untuk kepentingan
kita sendiri. Kita dapat melakukan apa saja yang kita kehendaki.
Tuhan Yesus datang bukan untuk
mulai mendirikan sebuah perkumpulan dimana kita semua dapat merasa nyaman di
dalamnya.
Tuhan Yesus pun tak pernah memberikan perintah,”Pergilah ke seluruh
dunia, dan bangunlah gedung-gedung ibadah untuk kemuliaanKU, jangan lupa juga
menara doa 100 lantai dan bukit-bukit doa.”
Ia justru berkata,”….Aku dapat
merubuhkan Bait Allah ini dan membangunnya kembali dalam 3 hari.” (Matius
26:61). Ia mengatakan tentang penggantian tubuhNya yang fana dengan tubuhNya
yang sesungguhnya. Yang Ia maksudkan adalah kita menjadi tubuhNya, BaitNya.
Kita telah dipilih untuk menggantikan bangunan yang jasmaniah sifatnya.
Kita mengira bahwa kehidupan
Kristiani hanya berlangsung di dalam kebaktian-kebaktian. Segala sesuatu
aktivitas keagamaan dalam gedung gereja, kita anggap sebagai kehidupan
Kristiani.
Secara pribadi saya tidak menentang
rekan-rekan yang lebih menyukai untuk tetap beribadah mengikuti tradisi gereja
yang sudah ada atau yang mereka yakini. Penekanan saya adalah ibadah kita akan
menjadi sia-sia bilamana Tuhan Yesus tidak menjadi pusat kehidupan kita dalam
keseharian kita. Ia datang untuk membawa sesuatu yang baru, Kerajaan Allah.
Tuhan menempatkan kita di dunia
untuk memberitakan Kabar Baik pada dunia terhilang, memperluas KerajaanNya dan
bukannya untuk menikmati hidup untuk pemuasan diri sendiri.
Kita adalah terang bagi dunia.
Tuhan menempatkan kita di lingkungan rumah, tempat bekerja, pasar, sekolah atau
dimanapun agar kita bersinar menjadi terang di tengah kegelapan.
Setiap pria, kepala keluarga
Kristen harus menjadi imam bagi keluarganya sendiri. Bagi siapapun yang hendak
memimpin umat Tuhan harus terlebih dahulu menjadi imam yang baik dalam
rumahtangganya. Persyaratan bagi mereka yang mau memimpin orang lain, mereka
harus mempunyai rumahtangga yang baik dan anak-anak sendiri menghormatinya.
Bila keluarga kita saling
mengasihi dan hidup dalam kebenaran, maka kita akan jadi saksi yang efektif dan
penuh kuasa di dalam masyarakat.
Sudah waktunya bagi kita untuk
tidak menjadi orang Kristen yang berorientasi pada kegiatan tetapi hubungan
dengan Tuhan.
Ingat Tuhan Yesus datang kepada
kita. IA berinkarnasi. IA menjalani kehidupan dengan menjalin hubungan dengan
kita di bumi ini. Inkarnasi berarti IA ada “dalam daging atau dalam tubuh
manusia”. IA adalah kebenaran “dalam wujud nyata” sehingga semua orang dapat
melihat. Hingga kini Tuhan Yesus masih berinkarnasi, kita saat ini adalah
kakiNya, tanganNya, mataNya dan mulutNya. Kita adalah tubuh Kristus. Kita
adalah baitNya dan Roh Kudus berdiam dalam kita. Kita bukan allah tetapi Allah
tinggal dalam kita. Saya pikir itu merupakan kebenaran atau realitas yang dapat
mengubah kehidupan kita secara dramatis yang perlu diperhatikan semua orang.
Kita harus mulai mengizinkan firman Tuhan dan Roh Kudus bekerja secara limpah
dalam diri kita sehingga kehadiranNya bisa terlihat dengan jelas dari dalam
diri kita.
“Menjadi murid yang bertumbuh setiap hari”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar