“GEREJA YANG BERDAMPAK”
(GEREJA SEBAGAI KERAJAAN
ALLAH DI MUKA BUMI)
Dalam Matius 6:10, “datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
Ada banyak orang Kristen di Indonesia yang berangan-angan bahwa suatu hari
Indonesia akan menjadi sebuah bangsa yang mayoritas penduduknya beragama
Kristen. Sebuah kerinduan yang sah-sah saja dan baik. Saya ingin menekankan
bahwa meskipun seandainya kita suatu
hari dapat menjadi “kelompok mayoritas”
tetapi bila kita tidak menjadi “sekelompok orang kudus yang menjadi
terang dan garam” maka semuanya akan sia-sia belaka.
Uganda dahulu dipimpin oleh rezim Idi Amien yang anti kekristenan dan
mereka bahkan membantai orang Kristen secara keji. Ada kabar yang menyatakan
terjadi kanibalisme saat itu terhadap korban pembantaian, sungguh mengerikan!
Tetapi kini Uganda menjadi negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Selain Uganda, negara-negara seperti Tanzania, Ethiopia, Afrika Selatan, Kenya,
Malawi dan Ghana juga berpenduduk mayoritas Kristen. Sahara bagian selatan
berpenduduk 80% Kristen pada akhir abad 20.
Afrika merupakan benua terbesar yang telah mendengar Injil dan benua yang
paling banyak memiliki gedung ibadah Kristen.
Seharusnya kemuliaan Allah memancar melalui bangsa-bangsa ini. Tetapi
sayangnya tetap bangsa-bangsa itu mengalami kelaparan, sakit penyakit (AIDS,
ebola,dll), kekerasan antar etnis, korupsi, ketidakadilan dan kekacauan.
Beberapa waktu lalu
terjadi gempa yang mengguncang kota-kota di Jawa Barat dan sebagian Jawa
Tengah. Kami yang berdomisili di kota Bandung pun merasakan goncangan tersebut.
Ada beberapa daerah yang cukup parah kondisinya hingga rumah mereka hancur
berantakan. Kami sangat tersentuh melihat wanita yang sudah paruh baya harus
tidur di tenda pengungsian begitu pula balita dan ibu yang baru saja melakukan
persalinan.
Istri saya, Novie Durant, tergerak oleh belas kasihan lalu mengajak
rekan-rekan kaum ibu yang notabene aktivis di organisasi gereja
masing-masing untuk terlibat turun
tangan membantu sebisa kami. Sayangnya ditanggapi dengan dingin, kata mereka,”Untuk apa kita menolong mereka khan bukan
saudara seiman kita.”
Terenyuh hati ini mendengar pernyataan mereka itu, sebab gereja ada untuk
menjadi terang dan garam, menjadi tangan dan kaki Tuhan dimuka bumi.
Mengkhotbahkan dan sekedar membicarakan tentang suatu teori umpamanya kasih itu mudah, tetapi menjadi pelaku firman
Tuhan itu yang dicari. Bila gereja Tuhan tidak melakukan apa yang ia imani maka
sia-sialah segala sesuatunya.
Mari kita sama-sama belajar dari beberapa orang yang telah dibangkitkan
Tuhan untuk membawa dampak bagi dunia dan memperlebar Kerajaan Allah di muka
bumi. Saya percaya siapa pun itu, bila ia mau menanggapi panggilan Tuhan dengan
sungguh-sungguh, tulus dan tanpa sedikit pun tujuan untuk membesarkan nama
sendiri, ia akan dipakai Tuhan untuk membawa perubahan dan dampak besar bagi
dunia.
Samuel Taylor Coleridge, menyatakan,
Kekristenan itu bukan teori atau
spekulasi, melainkan hidup; Bukan filosofi tentang kehidupan, melainkan
kehidupan dan proses kehidupan.
JON AMOS COMENIUS (1592-1671)
Nama ini mungkin sebuah nama
tokoh yang kita kenal secara luas kini tetapi dampak dari apa yang ia kerjakan
dapat kita rasakan sampai saat ini.
Jon Amos Comenius dapat
dimasukkan dalam daftar salah seorang yang paling berpengaruh bagi dunia
modern. Ia dikenal sebagai bapak pendidikan modern, dianggap oleh banyak orang
sebagai seorang jenius terbesar yang bekerja dalam bidangnya.
Dorongan terbesar dalam diri
Comenius dalam mencari dan menggali ilmu pengetahuan adalah kepercayaan bahwa
karena segala sesuatu diciptakan melalui Kristus dan bagi Dia, maka Kristus
dapat dilihat dalam segala sesuatu (Kolose 1:16).
Kala ia hidup, ia berada di
tengah pertempuran atau peperangan yang terjadi antara pengikut Katholik dan
Protestan di benua Eropa. Akibat peperangan tersebut ia kehilangan istri dan
anak semata wayangnya.
Setiap kali malapetaka menghadangnya,
ia akan merumuskan suatu rencana yang lebih besar daripada sebelumnya yang akan
diterapkan sebagai tujuan hidupnya. Ia berketetapan untuk melihat dunia
diterangi oleh kemuliaan Anak Allah, dan ia melihat bahwa pendidikan adalah
sarana untuk membawa dunia mengenalNYA.
Pada masanya, di luar komunitas
Kristen dan Yahudi pendidikan hampir bisa dikatakan eksklusif hanya bagi
anak-anak golongan bangsawan terhormat atau pengusaha kaya. Itu pun diajarkan
oleh guru-guru pribadi/privat.
Comenius berpegang teguh pada
kepercayaannya bahwa hanya melalui pengenalan pada Kristus yang akan membawa
kedamaian sejati di antara bangsa-bangsa. Ia memandang Amanat Agung sebagai
harga mati untuk menjadikan semua bangsa murid. Baginya hal ini lebih dari
sekedar membawa orang mengenal Kristus. Ia beriman bahwa Amanat Agung tak akan
pernah tergenapi sampai sekolah-sekolah dibangun dan didirikan di atas
kebenaran Injil di setiap bangsa.
Comenius berketetapan bahwa untuk
memenuhi tujuannya ia harus membangun sekolah-sekolah Kristen yang berkualitas.
Untuk melakukan itu ia menyediakan kurikulum yang unggul, materi dan metode
pengajaran yang efektif. Dimana pengajarannya tidak hanya mengupas ilmu
pengetahuan tetapi juga membangkitkan cinta akan ilmu pengetahuan. Ia berupaya
mencari guru-guru yang mengasihi Tuhan dan mempunyai karakter moral yang kuat.
Ia melatih guru-guru ini untuk mengimpartasikan kasih akan Tuhan dan juga kasih
akan ilmu pengetahuan. Dengan semangat besar, ia mengabdikan dirinya untuk
melihat setiap siswa dapat menjadi “makhluk yang membuat Penciptanya
bersukacita”.
Salah satu karya pendidikannya
Janua Linguarum, saat diplubikasikan membuat ia semakin dikenal. Bahkan
karyanya ini diterjemahkan oleh orang Islam ke dalam bahasa Arab, Turki, Persia
dan Mongolia. Ini membuat ia dan rekan-rekannya bersukacita sebab mereka
percaya bahwa melalui penerjemahan ini, benih Injil akan ditaburkan.
Hampir sepanjang kehidupannya
Comenius mengalami tragedi dan perlawanan yang membuat ia tinggal
berpindah-pindah tempat hingga terakhir menetap di negeri Belanda menghabiskan
sisa hidupnya. Comenius mempublikasikan 90 buku meski ia pernah mengalami
kehilangan semua buku dan naskah yang belum sempat dipublikasikan akibat
dibakar oleh pihak gereja Katholik dan dicap sebagai “penyesat”.
Pekerjaannya di bidang pendidikan
membantu penyusunan pelajaran sipil modern, yang memberikan kehidupan baru
kepada gereja dan mendorong gerakan demokratis modern dengan membekali
orang-orang pada umumnya pengetahuan.
Comenius percaya bahwa karya
pendidikan adalah mandat khusus gereja, gereja sebagai “terang dunia” (Matius
5:14). Ia menafsirkan terang sama dengan penegtahuan, dan ia percaya bahwa
pengetahuan sejati akan selalu membawa kita kepada Kristus yang merupakan
sumber dari segala sesuatu.
Sebagaimana Tuhan Yesus maupun
para rasul dan orang-orang percaya lainnya di masa yang lalu – Comenius
meninggal terlebih dulu sebelum dapat menyaksikan buah pekerjaannya yang besar.
Ia memberikan teladan iman bagi kita semua (Ibrani 11:1).
Setan telah berupaya dengan
beragam cara menahan karya Allah dalam kehidupan Comenius, melalui perang,
tragedi dan penghancuran karyanya. Meskipun serangan musuh yang dasyat menerpa
hidupnya tetapi Tuhan melakukan hal yang sebaliknya Ia menanam benih visi yang
lebih besar dalam hati Comenius.
Mereka yang menyerahkan hidup
mereka sepenuhnya dalam kasih karunia Allah, tanpa menghiraukan aniaya atau
masalah apa pun yang menghadang, mereka akan dipakai sebagai bejana
kemuliaanNya.
Beberapa ide revolusioner
Comenius dalam bidang pendidikan:
1.
Ia merupakan orang pertama yang memperjuangkan hak
pendidkan bagi kaum wanita dan anak-anak bagi semua golongan.
2.
Ia mempromosikan kurikulum yang variatif seperti
sejarah, geografi, ilmu pengetahuan, musik, lagu, drama, ilmu kewarganegaraan
dan pekerjaan tangan.
3.
Ia mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terdapat di
alam menyingkapkan Kristus dan bahwa ilmu pengetahuan sejati akan selalu
menuntun kepada pengetahuan yang lebih besar akan Sang Pencipta.
4.
Ia percaya bahwa proses belajar dibantu dengan kurikulum
yang melibatkan indera penglihatan, peraba, perasa dan penciuman akan
memperkaya murid daripada hanya dengan mengandalkan indera pendengaran.
5.
Ia mengajarkan pentinganya lingkungan sekolah dan
ruangan yang wajib terang dan cerah, mereflesikan sifat dari kebenaran.
6.
Pada abad 17 sangat sedikit buku bergambar, maka ia
membuat ensiklopedia anak-anak bergambar yang disebut Orbis Pictus. Ia percaya
bahwa sebuah gambar dapat berbicara lebih banyak.
7.
Ia menetapkan bahwa para guru harus berpartisipasi
dalam permainan dengan muridnya.
8.
Comenius menyatakan sekolah harus menjadi imitasi surga
dan tempat lokakarya yang penuh sukacita.
9.
Ia menekankan bahwa pendidikan bukan sekedar mengetahui
fakta-fakta dan pengetahuan yang melimpah melainkan mengembangkan hikmat.
10. Ia
percaya bahwa pekerjaan sekolah seharusnya tidak menghabiskan lebih dari empat
jam sehari, yang mana waktu-waktu di luar itu merupakan hiburan dan mengerjakan
pekerjaan sehari-hari.
11. Ia
merasa bahwa pekerjan rumah cenderung dikerjakan dengan buruk(asal-asalan), dan
pekerjaan seperti itu lebih berbahaya daripada tidak ada pekerjaan sama sekali.
Ia menentang pekerjaan rumah karena merasa anak-anak sebaiknya memiliki waktu
bersama orangtuanya pula.
12. Ia
percaya bahwa anak-anak harus belajar dengan “mengerjakan” dan dengan “mengajar
orang lain”. Kadang anak-anak yang lebih tua dan maju diharuskan memberikan
instruksi kepada yang lebih muda.
13. Anak-anak
di sekolahnya terkadang diminta membuat pertunjukkan drama yang berhubungan
dengan apa yang mereka tengah pelajari.
14. Ia
menekankan bahwa pendidikan harus berguna dalam kehidupan dan masa depan.
15. Ia
melihat seorang guru harus memiliki kualitas dalam hal kekudusan, kerajinan,
memiliki hati bapa/ibu, menghargai anak-anak, memiliki sikap rendah hati dan
antusiasme.
COUNT NIKOLAUS LUDWIG VON
ZINZENDORF (1700 -1760)
Terlahir dari keluarga bangsawan
Count George Ludwig dan baroness Charlotte Zinzendorf pada tanggal 26 Mei 1700.
Kuasa yang terpancar dari
kehidupan Zinzendorf muda adalah gairahnya yang menyala-nyala bagi Yesus. Zinzendorf
membantu kita mengubah fokus gereja dari “apa” yang mereka percayai kepada
“bagaimana” mereka percaya. Ia bukan hanya “mempercayai” kebenaran-kebenaran
Kristen tetapi juga “hidup” di dalamnya. Ia mungkin bukan orang pertama yang
melakukannya, tetapi ia melakukannya dengan suatu kekuatan karakter yang
memaksa dunia memperhatikannya.
Zinzendorf dipercaya sebagai
orang pertama yang menggunakan istilah “oikumene”. Ia percaya bahwa Alkitab
mengajarkan hanya ada satu gereja dan bahwa seluruh orang percaya sejati adalah
saudara dalam Kristus, entah ia seorang Katolik, Protestan atau Moravia pada
masa itu. Ini adalah isu yang cukup serius dan menimbulkan pertentangan saat
itu tetapi merupakan “pesan yang jauh ke depan”(nubuatan) bagi pemulihan gereja
Tuhan, yang mungkin sampai sekarang masih pula menjadi isu hangat.
Zinzendorf berkeyakinan mengenai
kesatuan gereja merupakan akibat dari pengertian radikal akan kebenaran bahwa
iman kepada Tuhan Yesus bersifat pribadi dan nyata, ini bukan masalah institusi
organisasi atau doktrin tertulis. Ia tidak menghiraukan seseorang itu berasal
dari organisasi mana, yang terpenting orang itu mengenal dan mengasihi Yesus
Kristus maka ia akan bersekutu dengannya. Ia tidak pernah menyerang atau
menjelekkan institusi.
Zinzendorf tidak hanya
“mengajarkan” tentang kesatuan, tetapi ia “hidup” dalamnya. Ia mengasihi dan
berteman dengan kaum Lutheran, Moravia, Pietis, Puritan, Anabaptis dan Katolik
yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Zinzendorf menghabiskan hampir
seluruh waktu luangnya untuk menyelidiki dan merenungkan firman Tuhan.
Gairahnya akan firman tidak hanya menolong mengerahkan hidupnya tapi juga
mempengaruhi banyak pemimpin gereja di masa sesudahnya bahkan hingga kini.
Dimana ia mampu membedakan antara seorang yang memiliki otoritas rohani sejati
dengan seorang yang hanya menempati suatu posisi di gereja tapi tak memiliki
otoritas dari Allah.
Hal ini meletakkan dasar bagi
orang-orang seperti George Whitfield yang merupakan seorang Calvinis dan John
Wesley yang seorang Armenian, untuk saling mengasihi dan menghargai sehingga
mereka dapat menyatukan kuasa api rohani mereka untuk menyalakan kebangunan
rohani yang mengubah dunia.
Count Zinzendorf membuat 3
komitmen yang menjadi dasar kekuatan yang dinamis dalam hidupnya. Ia menjaga
gairahnya (iman) pada Tuhan, visi profetik dari Tuhan dan tujuan hidup dari
Tuhan.
Count Zinzendorf akhirnya menikah
dengan Countess Erdmuth Dorethea von Reuss. Ia mengasihi Count dan ke duabelas
anak yang Tuhan karuniakan dalam pernikahan mereka. Di tengah kesibukannya
mengurus keluarga Countess selalu menjaga ketertarikannya akan Kerajaan Allah
sebagai prioritas. Countess membebaskan suaminya untuk berlayar dalam
perjalanan misi yang panjang (beberapa perjalanan menuju Amerika Utara
berlangsung bertahun-tahun). Tuhan juga memberikan hikmat dan kemampuan pada
Countess untuk menjadi manajer yang handal dalam mengatur keuangan dan
memelihara tanah dan rumah mereka. Ia melakukan apa saja yang dapat ia lakukan
untuk membebaskan sang suami dalam memberikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di
tengah kesibukannya itu wanita luar biasa ini dengan berani dan
bersemangat menguatkan komunitas Pietis
yang tercerai berai untuk tetap teguh dalam iman.
Pada tanggal 13 Agustus 1727,
saat diadakan kebaktian perjamuan kudus yang dilakukan komunitas Moravia di
Herrnhut. Roh Kudus turun atas mereka dengan kuasa yang dasyat hingga para ahli
sejarah gereja menyebutnya “Pentakosta Orang-orang Moravia”.
Hasil yang sama terjadi atas
komunitas Moravia ini sebagaimana yang pernah terjadi di Yerusalem dalam jemaat
mula-mula. Komunitas ini mendapatkan dorongan yang kuat untuk pergi ke seluruh
bangsa di kolong langit untuk memberitakan Injil.
Lima tahun sejak peristiwa
“Pentakosta”, komunitas di Herrnhut ini begitu tertuju pada mencari kemuliaan
Anak Allah. Komunitas ini begitu memancarkan suasana surga sehingga John Wesley
menyebut Herrnhut sebagai “tempat di bumi yang sangat mirip dengan Yerusalem
Baru di surga”. Mereka mempunyai komunitas karena mereka mencari Kristus dan
bukan mencari komunitas. Mereka berfokus kepada Yesus, kemuliaan Tuhan akan
dinyatakan.
Herrnhut telah menjadi suatu
contoh besar akan persekutuan Kristen yang mirip dengan jemaat mula-mula.
Penyembahan mereka yang natural menghasilkan beberapa lagu pujian yang indah
yang hingga kini masih dinyanyikan. Ketekunan mereka dalam doa syafaat yang
konsisten dilakukan selama 24 jam selama 1 abad menjadi inspirasi bagi gereja
masa kini untuk melakukan doa berantai dan standar bagi setiap pergerakan doa
atau kelompok doa.
Kasih komunitas Moravia bagi jiwa
terhilang mendorong mereka untuk mengutus anggota komunitas mereka untuk pergi
kepada bangsa-bangsa. Ini sungguh merupakan kelahiran gerakan misionari modern,
mereka menjadi salah satu inspirasi dan teladan bagi kita.
Bagi mereka komunitas hanyalah
alat, bukan akhir dari tujuan. Tanda dari komunitas Kristen sejati adalah tidak
berfokus pada dirinya sendiri tetapi pada kebutuhan rohani yang besar dari
dunia ini. Sebenarnya, kedewasaan orang Kristen dapat secara umum diukur pada
tingkat dimana seseorang telah mengesampingkan kepentingannya sendiri dan
memberikan dirinya untuk kepentingan Kristus. Kemurnian dari kerohanian pada
komunitas Herrnhut ini diperkuat dengan kenyataan bahwa pada saat mereka dewasa
secara rohani maka mereka semakin memperhatikan orang-orang yang belum pernah
mendengar tentang Tuhan Yesus sebagai Sang Mesias.
Ada sesuatu yang lebih tinggi
dalam komunitas daripada menyatakan bahwa seluruh harta kita sebagai milik
bersama, yaitu dengan memberikan segalanya kepada Tuhan dan belajar menjadi
hambaNya yang setia.
Apa yang dikerjakan Count
Zinzendorf dan komunitasnya merupakan hal yang luar biasa sebab pada era
tersebut penekanan kekristenan berhubungan erat dengan negara dan institusi.
Kekristenan bukanlah masalah pribadi, pelayanan penginjilan seringkali dianggap
sebagai ancaman baik bagi institusi maupun negara. Orang-orang yang pada masa
itu berupaya memberitakan Injil atau mengkhotbahkan Injil yang murni sering
dianiaya baik oleh gereja Katholik maupun Protestan pada masa itu.
Komunitas Moravia dapat saja
menjadi gereja modern yang menjadi denominasi terbesar saat ini. Namun,
peninggalan komunitas ini tidak dimaksudkan untuk menjadi badan organisasi
besar tetapi suatu demonstrasi ajaib dari kuasa Allah untuk mengubah sejarah
dengan mengubah manusia.
Banyak orang yang tak terhitung
jumlahnya mengalami impartasi kehidupan melalui kehidupan orang-orang Moravia
ini. Ketika Tuhan Yesus tinggal dalam hati seseorang, orang tersebut akan
memiliki api yang akan mulai membakar orang lain yang berada di sekitarnya.
Ketika John Wesley dijamah oleh api yang menyala-nyala dalam misi orang Moravia
di Spangenberg, ia berubah total. Wesley membawa api tersebut kembali ke
Inggris dan dari sana ia sebarkan ke setiap penjuru Inggris.
“Gereja organik = gereja
berprinsip Kerajaan epidemik
Apakah Kerajaan Allah?
Milt Rodriguez, salah seorang rekan dari pelayanan The Rebuilders –
Amerika Serikat menggambarkan Kerajaan Allah sebagai berikut:
"Ia telah melepaskan kita
dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang
kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa."
Kol. 1:13, 14
The Power of the Filter (Kuasa dari
filter/penyaring)
Kita semua memiliki pola pikir. Ini merupakan
sistem atau cara berpikir kita dalam topik-topik tertentu. Tiap topik memiliki
suatu set tersendiri dalam hal pemikiran dan “prinsip-prinsip” yang berhubungan
dengan pola pikir tersebut. Sebagai contoh, bila Anda seorang perenang
Olimpiade maka Anda akan memiliki sebuah “pikiran” yang tertuju pada suatu
olahraga tertentu secara spesifik. Seorang atlit renang dlam benaknya akan
senantiasa dipenuhi oleh kata-kata air, bagaimana meluncur dengan cepat melalui
air, pakaian renang, tutup kepala, kacamata renang, teknik renang, dan
sebagainya. Pemusatan pikiran ini akan menjadi sebuah filter dalam pikiran
atlit renang tersebut. Hingga ketika ia melihat air maka pikirannya secara
otomatis akan tertuju pada berenang, berlomba, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kejuaraan renang. Saat ia sampai di kolam renang secara
otomatis pula ia “melihat” sebuah kejuaraan yang harus dilakoni di depan
matanya.
Kita juga melakukan hal yang sama saat membaca
firman Tuhan mengenai Kerajaan Tuhan. Orang Kristen memandang topik ini dari
berbagai sudut pandangan. Seperti perenang tadi, dalam benak kita sudah ada
alur tersendiri mengenai apa itu Kerajaan Tuhan sebagai suatu filter.
Beberapa orang akan berpendapat bahwa Kerajaan
Tuhan berbicara mengenai kekuasaan politik dan bagaimana Tuhan Yesus dapat
berkuasa melalui anak-anak Tuhan yang menguasai ranah politik suatu negeri. Saudara
yang lain melihat Kerajaan Tuhan sebagai pemulihan karunia-karunia rohani
seperti kesembuhan, mujizat, kelepasan dari roh jahat, membangkitkan orang mati
dll. Ada pula yang memiliki sudut pandang melihat Kerajaan melalui filter
penginjilan, kebangunan rohani dan pertumbuhan gereja. Bagi mereka perihal
Kerajaan Tuhan berbicara mengenai keselamatan umat manusia melalui pengenalan
akan berita Injil. Pandangan lain
umpamanya ada pula yang melihat perspektif Kerajaan Tuhan dengan penggenapan
dari nubuatan akhir zaman mengenai kedatangan Kristus untuk kedua kalinya. Dan
masih banyak lagi pandangan lainnya mengenai Kerajaan Tuhan yang berkembang
dalam gereja kita.
Satu
Pemikiran Yang Sangat Kita Perlukan
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius
saudara kita, kepada saudara-saudara
yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai
sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu. Kami selalu mengucap syukur kepada Allah,
Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam
Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, Kol. 3:1 - 4
Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan
manusia lama serta kelakuannya, dan
telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang
Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar
atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di
dalam segala sesuatu. Kol. 3:9 - 11
Saudara dan saudariku, kita sangat memerlukan
pembaharuan budi pekerti kita sebagai ciptaan yang baru. Pembaharuan pikiran
ciptaan baru “di dalam Kristus”. Pola pikir Ciptaan Baru!
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 2 Kor. 5:17
Dalam pola pikir baru ini kita dapat melihat
segala sesuatu dari sudut pandang yang baru. Ini merupakan perspektif dari
Allah sendiri. IA memandang dari perspektif “di dalam Kristus!” Bapa hanya
melihat dari sudut ini saja. Kita dapat menyatakan ini sebagai pola pikir
Allah. DIA melihat segala sesuatu dari “filter” Anak Yang IA kasihi.
"Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan
ke-Allahan," Kol. 2:9
Kita tahu bahwa Allah melakukan segala sesuatu di
dalam dan melalui Kristus. Sayangnya, kita kita tidak berpikir dengan pola
pikirNya tersebut. Sebab itu kita sangat perlu untuk memperbaharui pikiran kita
dengan pola pikir Kristus sebagaimana yang dituliskan Rasul Paulus.
Memandang Kerajaan Tuhan Melalui Pikiran Baru
Kita perlu untuk memeriksa kembali pola pikir
kita, apakah pemikiran kita mengenai definisi dan pengertian mengenai Kerajaan
Tuhan itu benar atau tidak? Milt Rodriguez menyatakan bahwa selama
bertahun-tahun ia hanya melihat Alkitab sebagai buku yang penuh prinsip dan topik
rohani. Di dalam topik-topik ini memuat “prinsip-prinsip” yang perlu dipelajari
oleh setiap orang percaya. Saya bukan saja diajarkan seperti itu, saya pun
mengajarkan orang lain hal yang sama. Saya mengucap syukur terhadap Tuhan pada
akhirnya saya menyadari Alkitab bukan mengenai topik dan prinsip tetapi buku
mengenai Seorang Pribadi. Pribadi tersebut adalah Yesus Kristus, Putra Allah!
Kita dapat melihat, Pribadi inilah pusat pemikiran dan tulisan dari Allah.
Alkitab bukanlah buku yang sekedar membahas keselamatan, doa, kesembuhan,
kebenaran, kekudusan, kasih, pelayanan, gereja, Kerajaan Tuhan dll. Semua ayat
firman Tuhan hanya berbicara mengenai satu Pribadi dan menyatakan Pribadi ini
saja. (Yohanes 5:39, 40; Lukas 24:27; Wahyu. 1:1; Wahyu 19:13).
Sekarang mari kita lihat “topik” mengenai
Kerajaan Tuhan.
Misteri
" Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada
orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan."
Mrk 4:11
"Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang
kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya,
yang belum mengenal aku pribadi, supaya
hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian,
dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus." Kol. 2:1 - 2
Benih
"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka,
kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya." Mat 13:24
"Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada
keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya"
seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada
keturunanmu", yaitu Kristus." Gal. 3:16
Pertama
"Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Mat 6:33
"Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang
mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. " Kol. 1:18
Harta
""Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang
ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia
menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. " Mat.
13:44
"Tetapi harta ini kami
punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. " 2 Kor. 4:7
Pernikahan
"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.” Mat 22:2
"Siapa yang mengasihi isterinya
mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang
membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti
Kristus terhadap jemaat, karena kita
adalah anggota tubuh-Nya. " Ef.
5:28b - 30
Kebun Anggur
"Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang
pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya."
Mat 20:1
“Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku
kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Yohanes 15:5
Ini seharusnya kini menjadi definisi kita
mengenai Kerajaan Tuhan. Kerajaan bukanlah sebuah topik pembahasan lainnya yang
perlu kita taati. Kerajaan Tuhan adalah seorang Pribadi dan kita dipanggil
untuk mengenal dan hidup sepenuhnya dengan Pribadi yang luar biasa ini.
"Atas pertanyaan
orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab,
kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia
ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di
antara kamu." Lukas 17:20, 21
Tuhan berbicara mengenai diriNya sendiri. IA ada
dalam pola pikir mereka. Kerajaan ada diantara mereka sebab IA ada diantara mereka!
IA ADALAH Kerajaan. Kerajaan Allah adalah tempat Allah merupakan yang terutama,
Allah berkuasa dan Allah adalah segalanya. Tempat itu berada di dalam Pribadi
Kristus.
Sangat menarik bahwa Paulus tidak banyak
menggunakan istilah “Kerajaan” namun Tuhan Yesus secara konstan
membicarakannya. Milt Rodriguez percaya bahwa alasan Tuhan Yesus menggunakan
istilah “Kerajaan” sebab IA pada umumnya berbicara terhadap bangsa Yahudi, yang
pada saat itu berpikir (memiliki filter dalam pikirannya) bahwa ketika Yesus berbicara
mengenai kerajaan maka yang akan dipulihkan adalah kekuasaan Israel secara
politik. Tuhan Yesus ingin menekankan pada mereka bahwa yang DIA maksudkan
dengan Kerajaan Tuhan adalah DIRINYA. Bila kita tilik Paulus berbicara pada
bangsa non Yahudi, ia lebih sering menggunakan frase “di dalam Kristus”. Ia
menggunakan frase tersebut lebih dari duaratus kali dalam surat-suratnya. Baik
Tuhan Yesus maupun Paulus berbicara mengenai sebuah “lokasi”, Lokasi tersebut
merupakan Pribadi Yang Mulia.
Warisan
Dalam Perjanjian Lama kerajaan dan tanah Kanaan
merupakan sinonim. Tentu kita semua tahu bahwa kerajaan Israel dan tanah Kanaan
sebagai tanah perjanjian hanyalah bayangan dari janji yang sebenarnya. Janji
sebenarnya adalah Yesus Kristus. Paulus menggunakan gambaran tanah Kanaan
sebagai penggambaran betapa kaya dan dalamnya kekayaan di dalam Kristus. (Kis
20:32; Kol. 1:12).
" dan mengucap
syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian
dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan
terang. Ia telah melepaskan kita dari
kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih;
di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. "
Kol. 1:12 - 14
Kita dapat melihat disini bagaimana Paulus
menyatukan gambaran dari tanah Kanaan (Yos 14:1) dan Kerajaan AnakNya Yang
Kekasih. Kerajaan ini, warisan ini, tanah perjanjian ini tidak lain tidak bukan
adalah Tuhan Yesus Kristus yang menjadi bagian setiap orang kudus!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar