Hello Church!
Have you ever tried to get answers to questions, solutions to problems, or find a way through when there seems to be no way?
If so then you can appreciate the importance of REVELATION.
"Revelation" is when the Lord reveals the answer, solution, or way to you.
Maybe
you're praying, or reading, or thinking, or just going along, and BOOM
there is the answer, solution, or way through that you have been looking
for.
A BREAKTHROUGH.
In my experience, these revelations are not accidental, but are intentional.
In fact, I believe there are many different ways to intentionally seek these breakthrough moments.
I talk about several of them in this article:
7 PROVEN WAYS TO RECEIVE REVELATION
http://www.chipbrogden.com/7-proven-ways-to-receive-revelation/
Although
this is written from a prophetic standpoint, the process is the same
for all of God's people, whether you consider yourself prophetic or not.
I am your brother,
Chip Brogden
PO Box 1007
Wake Forest NC 27588
USA
Gereja merupakan organisme yang hidup dan bukan sekedar organisasi buatan tangan manusia. Gereja harus di mulai di rumah tangga kita masing-masing dan bukan sekedar aktivitas religius belaka namun bagian kehidupan sehari-hari. Gereja harus jadi terang dan garam di luar dinding gedung gereja. Sebab gereja adalah kita
Kamis, 25 Februari 2016
“GEREJA RUMAH BUKANLAH AKHIR SEGALANYA”
“GEREJA RUMAH BUKANLAH AKHIR SEGALANYA”
Perjalanan masih panjang, ini
bukanlah akhir tetapi awal pada pemulihan gereja Tuhan sesuai “blueprint”
Tuhan. Ini bukan tentang metode baru tetapi kehidupan Kristus yang nyata di
tengah umatNya.
Menyadari bahwa gereja bukanlah
aktivitas tetapi kehidupan kita sebagai orang percaya. Gereja merupakan
kumpulan orang percaya, baik mereka berkumpul di gedung besar, dalam kelompok
kecil di rumah-rumah, café, mall, restoran, gunung, hutan dll.
Gereja harus dimulai di rumah
dalam kehidupan pribadi kita, ini semua bukan tentang aktivitas keagamaan dalam
rumah tetapi bagian kehidupan kita. Kita menjadi manunggal dengan Roh Allah
dalam kehidupan kita. Membangun tingkat kesadaran akan Allah sebagai Tuhan dan
Raja atas hidup kita, dimana kita seharusnya menjalani kehidupan ini dalam
takut akan Tuhan.
Pewahyuan baru mengenai Church of two (CO2)
Pada tahun 2009, kami berdoa dan
Tuhan berbicara agar saya mulai menanam gereja yang terdiri dari dua orang.
Saya harus berterusterang, saya sempat bingung dan ragu. Saat saya mulai fokus
menanam gereja di rumah saja sudah menjadi kontroversi, sekarang apalagi yang
Tuhan kehendaki untuk saya kerjakan? Ada kecemasan tetapi saya memilih untuk
taat, akhirnya Tuhan membawa saya untuk menemui dua orang anggota keluarga saya
yang terkenal paling enggan “pergi ke gereja”. Lalu Tuhan juga mulai
mempertemukan saya dengan orang-orang yang saya kenal di dunia maya mulai
membuka diri dan mengajak saya bertemu untuk sharing Firman Tuhan bahkan
beberapa diantara mereka pun mulai mengikuti pendidikan Alkitab yang saya mulai
di dunia maya.
Minggu demi minggu kami bertemu,
sampai pada akhirnya satu persatu datang pada Tuhan secara pribadi secara
natural tanpa paksaan. Sungguh merupakan pekerjaan Roh Kudus yang mengubah hati
manusia.
Bila orang tanya sedang melakukan
apa, saya menyatakan saya melakukan one to one disicpleship (pemuridan per-satu
jiwa), sebab itulah istilah yang saya pernah dengar saat melayani di yayasan
misi. Lalu saat saya berbagi dengan John White (dari LK10), dan ia menyatakan
bahwa apa yang saya tengah kerjakan merupakan sebuah fenomena baru di dunia
penanaman gereja. Ternyata ada banyak orang dari berbagai belahan dunia yang
mendapatkan hal yang sama dan tengah mengerjakannya pula. Mereka menggunakan
istilah CO2 atau Church of Two (Gereja yang terdiri dari dua orang). Sebab ini
bukan hanya sekedar kelas pemuridan sederhana tetapi membagi hidup sebagai
gereja Tuhan.
Di sini John White menjabarkan
mengenai CO2 pada saya melalui email:
Gereja Tradisional besar (dimanapun bertemu dari puluhan sampai ribuan). Dan, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan dalam bentuk – perayaan, pengajaran,
memberikan gambaran yang lebih besar, skala yang lebih besar bagi proyek missi,
dstnya. (Di dalam pergerakan simple church (gereja sederhana), hal-hal
ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan jejaring atau daerah.)
Simple church (gereja sederhana) kecil (biasanya di bawah
duapuluh). Ada banyak hal penting yang dapat kita capai dalam bentuk ini
– tingkat persekutuan dan keintiman yang signifikan, keimamatan orang percaya,
mendengarkan Tuhan dalam sebuah kelompok, menjangkau tetangga dan lingkungan,
dstnya.
CO2 (church of
two/gereja yang terdiri dari dua orang) lebih
kecil lagi. Ada hal-hal
penting yang hanya dapat dilakukan dalam bentuk ini dimana dua orang
terhubung selalu setiap hari - memiliki kedalaman dalam banyak hal – mengenali
dan dikenali secara mendalam, pemuridan secara mendalam, transformasi mendalam.
Sebuah hubungan yang digambarkan dalam Ibrani 3:13,” Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama
masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu
yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.” dan Pengkhotbah 4:9-12, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri,
karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka
jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang
tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua,
mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan
bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga
lembar tak mudah diputuskan.” Ini merupakan cara Yesus mengutus para
muridNya dua berdua.
Dan menurut John White, ini kemungkinan terbesar
bagian yang sempat hilang dalam pergerakan simple church (gereja sederhana).
Tetapi ini bukanlah akhir dari pergerakan ini.
Penanaman gereja seharusnya mulai saat ini tidak lagi
terkendala oleh segala kerumitan organisasi atau institusi, masalah dana,
pelatihan khusus dan lain sebagainya. Gereja yang hidup dalam Kristus secara
alamiah menghasilkan gereja-gereja baru.
Kelompok
Transformasi Kehidupan
Lain lagi pelajaran yang saya dapatkan dari Neil Cole dalam
bukunya Gereja Organik - dari pelayanan
AMG, Asosiasi Multiplikasi Gereja, yang memiliki visi “Mereproduksi
murid-murid, pemimpin, gereja dan gerakan yang sehat untuk memenuhi bumi dengan
Kerajaan Allah”.
Ia mengajarkan mengenai Kelompok Transformasi Kehidupan
(KTK) yang memiliki beberapa persamaan dengan CO2 tetapi juga ada perbedaannya,
yang dapat digunakan untuk saling melengkapi.
KTK, merupakan kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang yang
bertemu dan berkumpul setiap minggu yang saling menantang untuk menjalani kehidupan
yang autentik. Di antara rekannya mereka saling mempertanggungjawabkan
kehidupan dan cara bergaul mereka dengan Tuhan setiap minggu, yang melibatkan
pengakuan dosa satu dengan yang lain maupun membaca dan membahas Alkitab.
Kelompok kecil ini memiliki missi, dimana mereka secara aktif berdoa bagi
jiwa-jiwa, keluarga, rekan sekerja dan tetangga atau sahabat yang terhilang.
KTK merupakan elemen terkecil dari suatu gereja rumah (organik atau sederhana).
Beberapa pandangan mengenai pergerakan sampai “Yang
Sempurna” datang
Menurut
salah seorang rekan yang lain, Wolfgang
Fernandez (DAWN Ministries), bahwa sampai Tuhan Yesus datang kembali kita
akan menemukan baik gereja tradisional dan juga gereja rumah. Akan ada orang
yang lebih menyukai gereja dengan organisasi kuat, di lain pihak ada pula
gereja yang lebih suka menjadi organisme dan sederhana. Bagian yang terpenting
adalah semua makin bertumbuh semakin serupa dan segambar dengan Tuhan Yesus,
dan gereja Tuhan melakukan Amanat Agung yang telah diberikan oleh Kristus
sendiri. Dimana semua orang percaya mempersiapkan diri untuk menjadi
mempelaiNya.
Robert Fitts Sr (Outreach Fellowship International),
pun menyatakan hal yang senada. Kita harus bergerak dalam satu kesatuan tubuh
di dalam Tuhan Yesus. Pada akhirnya ini bukan tentang mereka dan kita, tetapi
tentang “kita semua”. Kita semua harus berfungsi sebagaimana yang Tuhan
kehendaki dan sesuai fungsi kita masing-masing.
John White (LK10), mengungkapkan “Setiap
orang Kristen adalah perintis gereja, setiap rumah adalah gereja, dan setiap
bangunan gereja adalah tempat pelatihan.
Neil Cole (AMG),”Saya yakin ini adalah
gerakan yang menular menghubungkan banyak orang yang melepaskan diri dari
gereja konvensional lama untuk mencari Kristus.” Biarlah gereja hidup secara
organik dalam tubuh manusia. Biarlah gereja dilahirkan di tempat di mana ia
paling dibutuhkan. Biarlah gereja berbuah lebat dan berlipat ganda dan memenuhi
bumi seperti kerinduan Yesus, sesuai harga yang Ia bayar.
Pastor Christopher K (Zoe Ministries),
menyatakan dalam melakukan segala hal kita semua harus fokus “hanya” pada Yesus
agar kita bisa mengatasi segala perbedaan yang ada. Semua itu bisa terjadi bila
kita fokus “hanya” pada Tuhan Yesus. Pewahyuan yang sempurna datang dari Dia
dan akan membawa kita dalam pengenalan yang semakin mendalam pada Bapa Surgawi
sebagai sumber dari segala sesuatu. Beliau menandaskan bahwa “gereja rumah”
bukanlah akhir dari perjalanan tetapi awal daripada perjalanan menuju gereja
dewasa sebagai mempelai Kristus yang sesuai dengan blue-print Kristus.
Gereja
merupakan milik Tuhan Yesus dan Ia tengah membangunnya. Gereja adalah
mempelaiNya. Ia membangun gerejaNya menjadi indah dan kokoh, Ia bukan Tuhan
yang ceroboh. Bilamana gereja yang kita lihat saat ini tidak sehat dan
berantakan, dapat dipastikan itu bukan karena Yesus gagal membangunnya tetapi
karena kita telah coba membantu dia membangun gerejaNya. Kita tidak menggunakan
blue-printNya tetapi menggunakan penafsiran, cara dan ide baik kita.
Tuhan
Yesus tengah membangun gerejaNya dan sudah seharusnya gereja Tuhan bertumbuh.
Gereja memiliki kemampuan untuk bertumbuh secara organis, gereja yang sehat
mengalami pertumbuhan rohani dan jiwa-jiwa baru masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa pintu gerbang neraka tidak akan menang
melawan gerejaNya. Tidak seharusnya gereja Tuhan hanya berdiam diri ketakutan
dan bersembunyi di balik benteng pertahanan alias tembok gedung gereja. Saat
kita bersembunyi di balik kenyamanan tembok gereja, ada banyak jiwa yang tak
terhitung jumlahnya tetap dibelenggu oleh kuasa neraka.
Hanya ada
satu yang dapat mengalahkan kegelapan, yaitu terang. Gereja merupakan
perwujudan kasih dan kebenaran Kristus yang autentik dan nyata dalam dunia yang
gelap ini. Kita harus membawa terang dan mengusir pengaruh kegelapan. Kita tak
boleh hidup dalam ketakutan sebab ketika terang hadir otomatis gelap hilang.
Jauh lebih menyenangkan berfungsi sebagai terang di tengah kegelapan daripada
menjadi terang di tengah-tengah terang. Terang paling kecil akan dapat mengusir
kegelapan. Saat kita lahir baru, kita terlahir kembali untuk menjadi petarung
(laskar Kristus), kita terlahir untuk memukul mundur armada kegelapan dan
merebut jiwa-jiwa yang tersesat.
“HARGA SEBUAH KETAATAN” (KESAKSIAN PELAYANAN KAMI YANG BARU)
“HARGA SEBUAH KETAATAN”
(KESAKSIAN PELAYANAN KAMI YANG BARU)
Banyak orang merindukan untuk dapat mendengar suara Tuhan dan mencari
tujuan hidupnya di dalam Tuhan. Tetapi banyak orang lalu mundur setelah
mengetahui panggilan spesifik yang Tuhan berikan tidak sesuai harapan maupun
impiannya.
Ada pula kasus dimana mereka menikah, lalu pasangannya tidak setuju untuk
menanggapi panggilan tersebut karena “harganya” terlalu mahal dan beresiko. Ada
pula banyak rekan pelayan Tuhan yang melayani (bekerja) dalam sebuah institusi
gereja mencari kehendak Tuhan tetapi visi Tuhan tersebut tidak sejalan dengan
visi global gereja hingga mereka dalam
dilema. Taat pada Tuhan atau tetap bertahan dalam pelayanan gereja tersebut
demi “masa depan” keluarga.
“Tantangan Ketaatan merubah
gereja denominasi ke dalam gereja rumah” = masalah penghasilan, jabatan,
disalahmengerti, dll.
Penglihatan akan Sarang Rajawali
Pada tahun 2006 kami berdoa dan
mencari kehendak Tuhan atas hidup kami sekeluarga. Pertama-tama, Tuhan
menaruhkan kota Bandung dalam hati saya. Saya meminta agar Tuhan menyatakan hal
tersebut pada istri saya bilamana ini memang kehendakNya. Beberapa hari
kemudian saat sarapan pagi istri saya datang dan menghampiri dan berujar,”Pa,
Tuhan sepertinya menghendaki agar kita memulai pelayanan baru di Bandung.”
Lalu Tuhan memberikan sebuah visi
bagi kami sekeluarga untuk “Memberitakan
Kabar Baik, memuridkan dan mengutus setiap anak Tuhan untuk menjadi “gereja”
dimanapun mereka berada”.
Kami pun berdoa, gereja dan
pelayanan seperti apakah yang Tuhan kehendaki untuk kami rintis di tempat yang
baru. Tuhan memberikan sebuah penglihatan mengenai sarang burung rajawali.
Tuhan mengajarkan sarang
berbicara tentang sebuah rumah yang hangat, dimana tiap anggotanya memiliki
hubungan yang akrab, saling peduli, saling mendoakan, belajar bersama, tempat
yang aman untuk menjadi diri sendiri, tempat pemulihan bagi yang terluka,
tempat untuk bertumbuh menjadi dewasa dalam Kristus hingga “anak-anak rajawali”
bertumbuh menjadi “rajawali muda dewasa” yang siap membentuk keluarganya
sendiri.
Tuhan menghendaki kami untuk
memiliki pandangan mata yang tajam seperti seekor rajawali, di sini berbicara
mengenai visi yang Tuhan berikan pada kami hingga kami dapat menyaring semua
kesempatan yang diperhadapkan dihadapan kami nantinya. Apakah sejalan dengan
“bagian kami” atau tidak, sebab kita semua harus berfungsi sesuai bagian kita
dalam tubuh Kristus.
Tuhan akan membentuk kami atau
lebih tepatnya kita semua seperti seekor rajawali yang bukan saja memiliki
kemampuan menghadapi badai tetapi juga mengendarai badai. Rajawali tak pernah
takut menghadapi badai. Permasalahan tidak dilihat sebagai masalah yang
menjatuhkan tetapi hal positif untuk membentuk kita makin segambar dengan Tuhan
Yesus.
Rajawali membangun sarangnya di
atas batu karang, Kristuslah satu-satunya fondasi gereja Tuhan. Di luar itu
bukan gerejaNya. Rajawali membuat sarangnya di atas batu karang dan terdiri
dari beberapa bagian ada semak duri, dedaunan dan bulu-bulunya. Berbicara
mengenai di dalam keluarga atau rumah akan ada pembelajaran bersama dan
pembentukan secara korporat, kita dituntut menjadi transparan, bukan sekedar
pendengar yang baik tetapi terlebih sebagai pelaku kebenaran itu sendiri.
Hingga kita berani berkata sebagaimana Paulus,”Ikutilah teladanku sebagaimana
aku mengikuti teladan Kristus.”
Orangtua rajawali mengehendaki
anak-anaknya untuk bertumbuh dewasa dan mandiri hingga mereka dapat membentuk
keluarganya sendiri. Tuhan menghendaki kami untuk berubah, bukan mengumpulkan
anggota jemaat tetapi memuridkan mereka dan lalu melepaskan atau mengutus
mereka untuk menanam gereja, baik di sekolahnya, kampusnya, lingkungannya,
tempat kerjanya, atau dimana pun Tuhan kehendaki.
Tuhan menyatakan bahwa gereja
yang kami rintis akan berbeda dari gereja yang pernah kami layani atau rintis
terdahulu. Sangat menantang kami, sebab kami sejak awal harus menghitung
harganya. Kami sadari ketika kami menanggapinya pasti akan ada banyak oposisi
dari berbagai pihak mempertanyakan apa yang tengah kami lakukan.
Beberapa Nubuatan & Pengajaran Dari Uncle Bob
(Sebelum Berangkat Ke Bandung)
Uncle Bob (Robert Fitts Sr) dari
Outreach Fellowship International menyampaikan 4 nubuatan dan pengajaran ini pada kami sebelum kami berangkat ke
Bandung pada tahun 2007 lalu:
- VISI, LEMBAH DAN PENGGENAPAN
“Segala sesuatu dimulai dengan sebuah visi. Seseorang, di sebuah
tempat, mendapatkan sesuatu dari Tuhan dan lalu berupaya untuk menjalankannya.
Kini kita melihat penggenapannya sebab mereka tidak menyerah saat berada dalam
“fase lembah kekelaman” dari proses tersebut. Sebelum segala sesuatu menjadi
nyata di dunia nyata, pertama-tama harus kita lihat dari mata iman.
Allah memberikan kita sebuah
visi. Setiap gerakan besar yang Allah lakukan selalu dimulai dengan kerinduan
hati beberapa anak Tuhan untuk mendengar dariNya dan melakukan kehendakNya.
Visi datang kepada Musa untuk
melepaskan bangsa Israel keluar dari belenggu perbudakan bangsa Mesir. Yusuf pada masa mudanya, mendapatkan
sebuah mimpi bagaimana dia akan dipakai Tuhan sebagai sebuah jalan keluar dari
permasalahan. Daud diurapi sebagai
raja atas seluruh Israel saat ia sendiri masih menjadi gembala kambing domba. Abraham mendengar suara Tuhan mengenai
sebuah janji bahwa ia akan memiliki keturunan dan menjadi bangsa yang besar
sementara ia dan Sarah sudah terlalu tua untuk memiliki anak.
Dalam kehidupan ke empat tokoh di
atas, kita menjumpai penggenapan dari visi yang telah Tuhan berikan pada mereka
TETAPI … itu merupakan sebuah proses
yang besar, lama, gelap, buruk sebuah lembah gelap di antara janji dan
penggenapannya. Abraham berada dalam lembah itu selama 25 tahun sampai terjadi
penggenapan dengan lahirnya Isakh, sang anak perjanjian. Daud menantikan 13
tahun untuk menyaksikan nubuatan itu tergenapi sebagai raja atas seluruh
Israel. Yusuf berjalan melalui masa 17 tahun dalam lembah sebelum menyaksikan
penggenapannya, sedang Musa menantikan waktu 40 tahun di padang ketika ia
mendapatkan kunjungan Allah (pengalaman belukar yang menyala) dimana Ia
berbicara pada Musa.
Semua orang ini mendapatkan visi
dari Tuhan, bagaimana Ia akan memakai kehidupan mereka dan mereka menyimpan
visi tersebut dalam hati meski harus melalui perjalanan panjang dan menyakitkan
yang menguji iman mereka.
Apakah Tuhan mengucapkan sebuah
janji bagi dirimu tentang bagaimana Ia akan memakai dirimu? Tahun demi tahun
datang dan pergi tapi tidak ada tanda-tanda penggenapan? Apakah kau merasa
sangat tergoda untuk menyerah saja sebagai orang yang bodoh, tukang mimpi atau
hanya sekedar mendapat nubuatan “ngawur”. JANGAN
MUDAH MENYERAH TERLALU CEPAT! Kau mungkin saat ini berada dalam lembah yang
secara sengaja Tuhan tempatkan dirimu….. lembah tempat mempersiapkan kita dan
untuk memurnikan visi yang Ia berikan dari kemanusiaan dan kedagingan kita.
Apa yang kau lakukan saat berada
dalam lembah? Jangan ragu saat berada dalam kegelapan dengan apa yang telah
Tuhan nyatakan dalam terang. Dalam keheningan dan dalam kepercayaan diri
kiranya itu menjadi kekuatanmu. Taati Tuhan dan ingat selalu bahwa Ia tengah
bekerja. Dia selalu tepat waktu. Dia yang memberikanmu sebuah visi akan juga
menggenapinya saat Ia membentukmu di lembah.”
- BERJALAN MELALUI PADANG GURUNMU
Pernahkah
kau berdoa, "Tuhan, bentuklah saya!" dan bersungguh-sungguh mendoakannya?
Beban dalam hati saat berdoa merupakan sebuah intensitas kerinduan dari Allah
yang akan menggenapi tujuan-tujuanNya dalam hidupmu, tidak perduli berapa besar
harga atau penderitaan atau disiplin yang harus dialami. Bila saya
sungguh-sungguh mendoakan doa tersebut, saya harus bersiap menghadapi masa
sulit di muka. Sulit? Ya! Tetapi akan menjadi perjalanan yang penuh kegairahan,
buah dan penggenapan!
Allah tidak akan memanjakan saya, atau menghindarkan saya dari rasa sakit yang perlu dialami untuk mendewasakan saya kepada ukuran yang Dia desain untuk saya capai.
Bila Allah telah menunjuk dirimu untuk melakukan sebuah tugas untuk membebaskan atau memimpin, kau akan mengerjakannya, dalam proses persiapan, kau akan berjalan melalui pengalaman padang gurun itu merupakan hal yang berat dan memiliki intensitas tinggi dari berbagai cobaan yang akan dialami tiap orang percaya.
Yesus berada di padang gurun dalam kurun waktu empatpuluh hari dicobai setan, tetapi dia dapat mengatasi ujian itu melalui kuasa Roh Kudus dan mulai mengusir setan, menyembuhkan yang sakit, dan membawa kelepasan bagi yang terbelenggu. Kata “memimpin” dalam Markus 1:12 mengindikasikan bagaimana pentingnya pengalaman padang gurun ini. "Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun." Ini bukan ajakan yang lembut. Kata ini menyatakan sesuatu urgensi. Yesus didorong (dipaksa) oleh Roh. Ini merupakan gambaran bagaimana Yesus, sebagai manusia, tidak dapat menolak bilamana Ia hendak menggenapi apa yang merupakan tugas pengutusanNya dan seharusnya menjadi.
Allah memberikan Abraham sebuah janji akan keberhasilan, kekayaan dan pengaruh yang di luar kebiasaan, tetapi dari waktu janji diberikan dengan penggenapannya ia harus melewati masa padang gurun selama 25 tahun hanya berjalan dengan imannya saja tanpa ada tanda janji berkat itu akan terjadi. Masa “kering” yang lama ini penting untuk menyempurnakan Abram sebagai bapak dari mereka yang berjalan dengan iman dan untuk menolong dia menerima nama Abraham menggantikan Abram. Abram berarti "ayah yang agung" tetapi Abraham berarti "ayah dari banyak orang."
Yusuf harus berjalan menderita melalui padang gurun celaan, kebencian, tuduhan palsu, perbudakan dan hukuman penjara sebelum dia siap berfungsi secara efektif sebagai Perdana Menteri Mesir dan penyelamat bangsa Israel pada saat bala kelaparan.
Rasul Paulus berjalan melalui padang gurun di Arab sebelum dia muncul sebagai pemimpin di antara umat Allah pada masa gereja mula-mula. Bila kita membaca biografi rohani dari setiap pria maupun wanita yang dipakai Allah secara luarbiasa, kita akan segera menemukan sesuatu yang mirip. Mereka semua mengalami masa padang gurun yang harus mereka lalui sebelum masuk dalam pengalaman dari dipakai luarbiasa bagi Allah dan kemanusiaan.
Apakah kau menghadapi pengalaman padang gurun yang coba kau hindari? Apakah Roh Kudus mendorongmu untuk mengambil tindakan yang akan menghasilkan pertumbuhan pribadi dan perkembangan bagimu dan melepaskan mereka yang berada dalam kegelapan?
Bila kita dapat melihat kebenaran alamiah dari padang gurun kita dan bagaimana Allah mendesainnya bagi kita, kita akan mampu untuk menghadapi rasa sakit dan ketidaknyamanan saat berjalan melaluinya. Di sini ada beberapa hal yang perlu kau renungkan saat melalui padang gurunmu:
Pertama, padang gurunmu itu baik bagimu. Roh Kudus akan memimpinmu atau mendorongmu masuk ke padang gurun sebab itu merupakan kehendak Allah bagimu. Dan kehendak Allah selalu baik bagi kita.
Kedua, masa padang gurunmu tidak terasa nyaman. Ini merupakan masa menyakitkan dari cobaan, ujian dan disiplin. Ini merupakan pernyataan dari Yesus bahwa "Meskipun Dia Anak, tapi Dia belajar untuk taat melalui penderitaanNya." Abad demi abad berlalu, pria dan wanita Allah yang telah dipakai Allah secara luar biasa mereka telah melalui api dan air bah dalam kehidupan pribadinya. Puji Tuhan dalam Yesaya 43:2 menyatakan bahwa bila kita melalui air bah Dia akan tetap bersama kita dan kita tak akan hanyut olehnya. Dan bila harus berjalan melalui api tak akan terbakar!
Ketiga, padang gurunmu adalah masa pembentukan karaktermu. Rasul Paulus berkata, "Penderitaan-penderitaan yang kini dialami tidak ada artinya dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan pada kita." Padang gurunmu akan memimpinmu berjalan melalui penderitaan, masa sulit, disiplin, salah pengertia dan lebih banyak pengalaman tak menyenangkan. Tetapi Allah tengah membangun manusia batiniahmu menjadi tabah, sabar, berhikmat, ketekunan, pengetahuan dan penguasaan diri. Gambaran Allah dan kemuliaanNya akan bersinar dari dalammu sebab kau berjalan bersamaNya melalui api dan air bah.
Maukah kau sekarang menerima dan menyambut padang gurunmu dan berjalan dengan sabar melaluinya demi kemuliaan Allah? Bila kau mau berjalan melaluinya dengan pujian bagi Allah dalam hatimu dan bibirmu, Allah akan membawa ke tempat yang besar dan berbuah! Kau akan melihat penggenapanNya secara utuh dimana kemuliaanNya dinyatakan melalui dirimu dan melalui dirimu untuk membangun dan melakukan ekspansi bagi Kerajaan Kristus di muka bumi.
- JANGAN RAGU DALAM KEGELAPAN
Para pelaut di masa lampau menggunakan cara navigasi
"dead reckoning (perhitungan mati)." Ia tidak memiliki instrumen
elektronik yang canggih sebagaimana kita miliki saat ini. Ia akan melihat arah
dengan melihat matahari atau bintang melalui instrumen navigasi yang dinamakan
sebuah "sextant (sekstan)." Bila badai menggelapkan langit, ia dapat
terus berlayar dengan membaca (hasil sekstan), tidak perduli berapa lama langit
terttutup awan, sampai ia keluar saat langit cerah kembali. Seringkali badai
harus mereka alami untuk beberapa hari bahkan minggu, tetapi mereka akan terus
berlayar berdasarkan penglihatan terakhir dari matahari atau bintang.
Mungkin sekarang kau berlayar menggunakan"dead
reckoning (perhitungan mati)." Allah telah memberikan kau perkataanNya
yang memberikan suatu arah dalam hidupmu, tetapi sekarang badai itu menerpa
kehidupanmu dan kau berada dalam posisi terguncang. Saya punya sebuah
pernyataan bagimu!
Jangan ragukan dalam kegelapan apa yang Allah berikan dalam
terang.
Orang Inggris bernama, William Carey, yang dikenal sebagai
"bapak misi modern." Dia mulai membuka pintu penginjilan ke India
dimana ia menghadapi kesulitan yang sangat dasyat dimana hanya sedikit sekali
orang yang bersimpati membantunya menggapai visinya. Dia berkata, " Apa
yang paling menolong saya menghadapi kenyataan hidup ini adalah dengan
menyadari bahwa saya adalah seorang yang lambat tapi tekun bekerja. Bila saya
tahu ini proyek dari Allah, saya akan terus bekerja keras sehari demi sehari
sampai pekerjaan itu selesai….apa pun yang terjadi!"
Ini merupakan pekerjaan yang amat berat dimana hari demi hari
Carey pada akhirnya dapat menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam salah satu
bahasa yang ada di India dan dengan demikian memungkinkan untuk
menerjemahkannya kembali ke dalam ratusan bahasa dan dialek di India dan negara
sekitarnya. Penderitaan dan kemunduran yang ia alami tak terpikirkan, tetapi
dia TETAP BEKERJA KERAS! Kehidupan Carey akan terus menyuarakan ketekunan di
dalam panggilan Tuhan dalam hidup kita meski harus menghadapi masa sukar,
ketidaknyamanan, penderitaan dan kesulitan. Ketika kamu mengetahui kehendak
Allah tanpa keraguan sedikit pun, teruslah maju di dalamnya dan jangan biarkan
tipu daya setan menghadangmu.
Allah akan terus menyatakan kehendakNya dan pimpinanNya
bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin melakukan kehendakNya dan menempuh
jalanNya. Dia telah memberikan Alkitab, gereja, campur tangan ilahi dalam tiap
situasi dan damai sejahteraya dalam batin untuk menolong kita agar tidak keluar
jalur. Kita dapat mengetahui dua hal mengenai kehendak Allah; pertama, itu
pasti baik untuk kita; dan, kedua, ini pasti dapat dilakukan sebab Ia
memberikan kuasa untuk mengerjakannya. Ini merupakan hari yang luar biasa bagi
seorang kristen muda ketika saya menempatkan dalam pikiran saya bahwa Allah
tidak akan pernah memimpin saya dalam sebuah siatuasi dimana saya tak dapat
menanganinya melalui kasih karuniaNya.
Untuk waktu yang lama saya bergumul di dalam batin untuk
dapat sepenuhnya menyerahkan hidup saya pada Allah. Saya baru saja berusia
tujuhbelas tahun, memiliki seorang kekasih, dan takut bila saya menyerahkan hidup
saya sepenuhnya pada Allah maka Ia akan mengambil dia dari sisi saya dan
mengutus saya ke hutan belantara sebagai misisonaris dimana saya tak akan dapat
melihat dia atau teman-teman saya atau orang-orang yang saya kasihi.
Ketika saya berhenti bergumul dan menyerahkan hidup saya
terang-terangan padaNya, saya menemukan bahwa Dia merencanakan hal yang paling
menarik dan mangalami pengalaman-pengalaman yang tak pernah terbayangkan. Saya
bersyukur padaNya karena kesabaranNya pada saya!
Bapa, bentuklah saya. Teruslah bekerja dalam diri saya agar
kehendakMu jadi nyata dalam hidup saya. Kau tahu isi hati saya. Saya ingin sungguh-sungguh
melakukan kehendakMu! Saya berterimakasih untuk kesabaranMu pada diri saya
sampai saya dapat melihat dengan jelas kehendakMu dalam saya. Jangan pernah
menyerah dalam membentuk saya, Yesus, sampai segala tujuan bagi hidup saya
tergenapi.
- PROSES MELAHIRKAN
Bila kamu mulai merasakan betapa
beratnya proses lahirnya visi yang telah Tuhan berikan pada dirimu, itu
merupakan suatu pertanda yang baik bahwa kamu ada di jalur yang benar!
Istri saya, Joni dan saya, memiliki
tujuh orang anak dan sekarang memiliki 19 orang cucu dan seorang lagi akan
lahir dalam waktu dekat. Salah seorang cucu kami lahir melalui bantuan Joni dan
saya sendiri, dengan bantuan panduan dari bidan melalui handphonenya selagi ia
bergegas pergi ke rumah kami di pagi buta itu. Akibat peristiwa tersebut kami
mengetahui lebih banyak proses melahirkan dari kebanykan orang.
Kita semua tahu bahwa ada rasa
sakit dalam proses lahirnya seorang anak. Begitu pula dalam melahirkan visi
dari Tuhan kita akan mengalami rasa sakit. Joni mengalami “mual di pagi hari”
hampir selama sembilan bulan di kala mengandung ke tujuh anak kami, belum lagi
sakit yang luar biasa kala melahirkan jiwa-jiwa baru itu.
Jangan putus asa bila kehendak Allah membawa
engkau dalam penderitaan. Berpegang teguh pada visi itu. Ini merupakan ujian
akan imanmu yang jauh lebih berharga daripada emas. Kau dibentuk sebagai alat
Tuhan yang akan Ia gunakan untuk membawa visi itu terwujud. Jiwa-jiwa baru itu
akan datang dan lalu kau akan berkata,”Ini semua berharga dan tidak sia-sia,
saat penantian, saat doa, saat perubahan, dan setiap peregangan (pembentukan)
yang diperlukan untuk melahirkan visi surgawi ini.”
Joni dan saya merasa bahwa
kami sudah berada di sungai Yordan dan akan memasuki Tanah Perjanjian. Kami
telah berjalan melintasi padang gurun yang dimulai dari kota Riverside,
California ke San Diego, California agar dapat
lebih dekat dengan persekutuan dimana kami tergabung di dalamnya. Ini merupakan
pengalaman padang gurun kami yang pertama. Kami saat itu merupakan bagian dari
Pergerakan Pemuridan yang kandas akibat legalisme.
Setelah diremukkan dalam ketandusan
padang gurun selama lima tahun, kami meninggalkan dan memperoleh kelepasan,
tetapi tetap bertahun-tahun kami harus melalui jalan “gelap pekat dalam jiwa”.
Saya tak dapat menjelaskan “Mengapa?” tentang ini semua, tetapi saya mulai
bersukacita sebab kami pertama-tama telah melihat sedikit gambaran mengenai
proses lahirnya visi tersebut.
Apakah visi itu? Pada 1969 saat
kami menjadi staf dari Child Evangelism Fellowship Institute (Institut
Persekutuan Penginjilan Anak) di Muskegon,
Michigan, Tuhan menempatkan dalam
hati saya sebuah doa untuk saya doakan terus sampai hal itu terjadi, bahkan
bila itu berarti perlu berdoa terus selama bertahun-tahun, mengimanimya dan
bersabar sampai hal itu terjadi. Ini merupakan doa yang Ia berikan Mazmur 2:8, “Mintalah
kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu,
dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.”
Setelah banyak mengambil waktu dalam merenungkan ayat tersebut, saya mulai
berdoa, "Bapa, berikan pada saya murid-murid dari tiap negara yang
ada di dunia." Saya juga mulai mendoakan doa Yabes di dalam 1 Tawarikh
4:9-10,”Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu
diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan
kesakitan.Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau
memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu
menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan
tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Saya sadari bahwa visi seperti itu
secara manusia tak mungkin dapat diwujudkan, tetapi Tuhan mengatakan pada saya
untuk meminta bangsa-bangsa dan saya melakukannya. Saya tidak pernah bermimpi
bahwa dibutuhkan waktu persiapan 35 tahun, tetapi saat saya melihat
kesekeliling saya sekarang dan melihat apa yang Ia kerjakan, saya sangat yakin
bahwa saatnya akan tiba dalam waktu dekat saat saya berkata, “Terimakasih Bapa,
karena mengizinkan saya hidup untuk melihat visi itu lahir! Meski prosesnya
lama dan menyakitkan, semuanya ini berharga!"
Yesus berkata, " Seorang
perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan
anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa
seorang manusia telah dilahirkan ke dunia." Apakah kamu merasakan rasa sakit bersalin? Tetaplah kuat! Pandang
Yesus dan biarkan bayi itu lahir!
Tuhan telah mengajarkan dan
memperingatkan kami bahwa jalan yang harus kami tempuh tidak mudah. Kami
meninggalkan semua saudara seiman, rekan-rekan sekerja dalam jaringan yang
telah kami kenal belasan tahun, meninggalkan
rasa aman dan nyaman untuk memulai sesuatu yang baru, di tempat yang baru.
Ini akan menjadi sebuah perjalanan kami bersama dengan Tuhan.
PANGGILAN MELAYANI YANG TERHILANG & ENGGAN KE “GEREJA”
(SETELAH BERADA DI BANDUNG)
Setelah setahun kami berada di kota Bandung.
Kami merasa sedih sebab merasa belum melakukan pelayanan secara optimal karena
terkendala oleh faktor keuangan. Namun haruskah itu menjadi suatu alasan untuk
tidak melayani Tuhan dengan segenap hati dan kekuatan? Ketika kami mulai
membandingkan pelayanan yang kini kami kerjakan dengan apa yang selama ini kami
kerjakan selama di kota-kota lainnya, rasanya sangat lambat apa yang kami
kerjakan disini. Apa yang Tuhan taruhkan dalam hati kami seolah sulit kami
kerjakan, tiap kami share dengan organisasi gereja yang ada. Tidak ada yang
tertarik untuk mendukung kami sepenuhnya, bilamana ada pun mereka menghendaki
tenaga kami, “sebagai staf gereja” dan meminta kami untuk melupakan visi yang
Tuhan taruhkan dalam hati kami. Haruskah kami menyerah karena masalah uang dan
melupakan visi yang Tuhan berikan ini? Di waktu lain saya melamar ke salah satu
LSM Kristen, saya berpikir bila tidak ada gereja yang mau memberikan support
pada kami maka saya akan mencari pekerjaan pada lembaga Kristen lainnya. Dari
beberapa lamaran yang saya ajukan ada sebuah LSM pendidikan Kristen yang
tertarik mempekerjakan saya, interview berjalan lancar sampai pada
pertanyaan,”Bergereja dimana?” Dan saya jawab, “Kami bergereja di rumah.” Pada
akhir interview tersebut mereka menyatakan tertarik untuk mempekerjakan saya
tetapi tidak dapat menerima saya sebab aturan LSM mereka, mewajibkan pegawainya
menjadi anggota dari gereja “denominasi”. Lalu saya mengeluarkan surat resmi (
surat pengutusan) dari gereja denominasi dimana saya bernaung. Tetapi ternyata
saya tetap ditolak bekerja di sana, akhirnya saya menyadari mereka tidak setuju
dengan “praktek gereja” yang kami lakukan bukan masalah dari organisasi
denominasi mana.
Akhirnya saya menyadari bahwa
saya tidak boleh bersandar pada ide baik, pengalaman pelayanan dan kejayaan di
masa lalu.
Ada
pula rekan-rekan lama di Surabaya yang mempertanyakan panggilan kami di kota Bandung, banyak rekan
yang menyarankan agar kami kembali saja ke Surabaya dimana ada begitu banyak pintu
pelayanan dan kesempatan yang dapat mengakomodasi visi tersebut. Kami pun
pernah berpikiran begitu kalau boleh jujur. Mungkin kami telah salah mendengar
suara Tuhan. Mungkin kami terlalu emosional. Tapi kota
Bandung telah
ada dalam hati kami sekeluarga.
Itulah pergumulan kami, kami
sangat yakin akan panggilan Tuhan atas hidup kami atas kota
Bandung namun
terkadang timbul pula pertanyaan, “Mengapa perintisan kami berjalan begitu
lambat? Adakah yang salah dengan kami? Apakah kami kurang doa? Apakah kami
terlalu eksklusif?” Beribu pertanyaan menghujam pikiran kami.
Saat asa mulai hilang dan lemah
kekuatan kami, saat itulah Tuhan mulai berbicara pada kami. Saat kami tengah
beribadah dan menyembah bersama dalam kumpulan saudara seiman lainnya, Tuhan
berbicara pada saya secara spesifik,”Dave,
I call you as an internet minister.”(Dave, Aku memanggilmu sebagai pelayan
dunia maya).
Lalu Tuhan mengingatkan saya akan
salah satu pelajaran yang pernah saya dapatkan di Surabaya dua tahun sebelumnya dari Steve Knight
yang memiliki pelayanan cyber ministry (pelayanan dunia maya), ia seorang
pelayan Tuhan yang tergabung dalam pelayanan Billy Graham. Saat itu saya tengah
mempelajari pelayanan bagi kaum “underground”(subkultur) dan salah satu cara
penjangkauan pada generasi post modern ini adalah melalui media dunia maya.
Bagaimana melalui pelayanan dunia maya, ia banyak memenangkan jiwa dan
memuridkan mereka. Ada
banyak pelayanan Kristen menggunakan media ini untuk menyampaikan informasi
pelayanan dan jadwal ibadah namun “really” do something to do outreach
(sungguh-sungguh mengadakan penjangkauan) dapat dikatakan jarang atau hanya
dilakukan sporadis.
Sahabat saya, Christopher Lorence
dari Gereja Oikos Indonesia - Surabaya, memperkenalkan saya pada cara
penggunaan dan pembuatan blog. Akhirnya saya pun mulai melangkah untuk mentaati
perintah Tuhan tersebut.
Kakak rohani saya, Samuel
Saputra, suatu ketika saat saya berkunjung ke Kopeng tempat beliau tinggal dan
pusat pelayanan Jesus Christ Ministries, tiba-tiba menyampaikan pesan Tuhan
bagi saya,”Dave, saya melihat urapan
Tuhan atas dirimu sebagai seorang penulis.” Saat hal itu disampaikan, perasaan saya antara
percaya dan tidak,”Saya..menulis?”
Tetapi bila Tuhan yang menyatakan maka saya mau belajar untuk taat dan mulai
mengasah talenta yang telah Ia percayakan.
Sejak saat itu, saya mulai
menulis artikel-artikel, seiring dorongan untuk menulis dari dua rekan kami
yang berprofesi sebagai penulis dan wartawan Fanny Lesmana (editor Renungan
Wanita & Youth) dan Juanda (editor Tabloid Keluarga).
Hingga akhirnya saya mulai pula
membuat milist (mailing list group), serta aktif menulis di beberapa website
Kristen dan melakukan outreach melalui website jejaring sosial dan juga
menggunakan program chatting untuk membina hubungan, konseling maupun doa.
Kendala keuangan untuk start
pelayanan pun sedikit teratasi. Pelayanan jenis ini tidak memakan biaya sebesar
kita merintis persekutuan atau gereja pada umumnya dengan beragam fasilitas
yang dibutuhkan.
Tuhan berbicara saat kami
menyembah Dia dan semuanya menjadi jelas. Kami kini sadar bahwa Tuhan ingin
kami tidak “old fashion” (kuno), dan memikirkan pola pelayanan yang itu-itu
saja dan mengandalkan pengalaman pelayanan selama 19 tahun terakhir ini. Kami
bertobat dan belajar peka, siap untuk taat dan ditertawakan orang sebab
lagi-lagi kami punya pelayanan yang nampak aneh dan berbeda.
Saat kami baru pindah pada
pertengahan 2007 terpikir dalam benak kami untuk langsung merintis persekutuan
atau gereja bagi anak-anak geng dan subkultur seperti punk dan sejenisnya namun
ternyata first step (langkah awal) dari Tuhan berbeda dengan ide baik kami.
God’s idea is not always same as my good idea (Ide Tuhan tidaklah selalu sama
dengan ide baik saya). Tadinya kami memfokuskan diri pada target “kaum
tertentu” tetapi lalu Tuhan memimpin kami bertemu dengan beragam orang yang
siap menerima benih dari Tuhan dan bertumbuh di dalam Dia.
Buah ketaatan itu indah, melalui pelayanan dunia maya dan membagikan
kebenaran melalui tulisan, kami bisa menjangkau seluruh dunia dalam
hitungan menit. Ada
banyak orang tersentuh melalui tulisan-tulisan dan kesaksian kami, ada banyak
orang yang meminta konseling dan dukungan doa, ada yang minta dimuridkan, namun
tentu ada juga yang kurang suka dan terusik. Semua itu indah, meski banyak
orang mempertanyakan pelayanan jenis baru ini. Seperti salah satu mentor saya,
Inban Caldwell, ia pernah mengajarkan pada saya bahwa,” Sebagai pemimpin kamu
tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang.” Saya menyadari pasti ada pro
dan kontra, terlebih bila kita dipanggil untuk melayani kaum terbuang atau
marginal dengan cara yang tidak umum pula. Akan ada banyak orang
mempertanyakan, di sinilah ujian bagi kami, takut akan opini manusia atau takut
pada Allah. Kami memilih untuk takut akan Allah dan taat padaNya, memilih untuk
tetap mengasihi mereka yang tidak menyukai pelayanan kami.
Tuhan mengajarkan pada saya bahwa
kini adalah saatnya bagi kami untuk membuka diri terhadap Tuhan dan mulai
berpikir “out of the box” (di luar kotak).
Buah dari ketaatan kami itu pada
akhirnya membawa kami pada anak-anak muda yang kini kami muridkan, pelayanan
bagi beberapa keluarga hingga melalui kesaksian kami di dunia maya bahkan akhirnya
kami pun diminta bersaksi oleh Christian Broadcast Network (CBN) untuk program
Solusi akibat salah seorang staf mereka membaca kesaksian kami di dunia maya.
Hal yang tak pernah kami duga
terjadi atas hidup kami.
Tuhan pun mengajarkan hal yang
baru dan berharga, saat di Bandung kami hanya dapat mengontrak rumah kecil. Dimana
pada akhirnya kami tak dapat bertemu dalam jumlah besar di rumah. Akhirnya kami
berkumpul di mall, rumah makan, café, taman bahkan tempat parkir. Kami belajar
bahwa dimana saja kita dapat bersekutu dan bertumbuh di dalam Tuhan, tidak
peduli tempat bila kita “tengah jatuh cinta” pada Tuhan, tidak ada penghalang
sedikitpun untuk bersekutu. Tuhan Yesus pun mengajar dan memuridkan diberbagai
tempat, sinagoge, bait Allah, pantai, dari rumah ke rumah, taman, bukit, dari
atas perahu dan masih banyak tempat bahkan saat berada di atas kayu salib.
Belajar dari Nabi Yeremia (Kesuksesan di Mata Tuhan)
Saat orang mempertanyakan
pelayanan kami yang tidak nampak fantastis maupun bombastis. Cenderung banyak
orang memandang apa yang kami kerjakan sebelah mata. Melayani Tuhan melalui
dunia maya, media tulisan dan kelompok-kelompok kecil terlebih mayoritas orang
yang kami layani adalah orang bermasalah, kaum marginal dan rata-rata kelas
menengah – bawah; mungkin bagi sebagian besar orang merupakan jenis pelayanan
yang kurang signifikan. Tuhan memakai mentor dan ayah rohani kami, Pastor
Christopher K, sekali lagi menyampaikan pengajaran yang luar biasa mengenai
pelayanan Nabi Yeremia, yang bukan saja memberkati tetapi memberikan kekuatan
dan semangat baru, bahkan paradigma baru tentang kesuksesan di mata Tuhan.
Beliau menyampaikan,”Saudaraku
bila kita memandang kehidupan Nabi Yeremia.Berapa banyak pemimpin gereja masa
kini yang akan mengundang Yeremia sebagai pembicara dalam seminar pertumbuhan
gereja atau dalam konferensi profetik. Dewasa ini hamba Tuhan dengan jawatan
kenabian bak selebritis. Mereka selalu memiliki nubuatan yang “manis” bagi
setiap orang yang menghadiri pertemuan mereka. Bagaimana dengan pelayanan nabi
Yeremia? Pelayanannya tidak menghasilkan “buah” yang diharapkan pelayanan masa
kini. Nampaknya Nabi Yeremia bukan hamba Tuhan yang sukses bila ia hidup pada
era kita.
Apakah kesuksesan?
Kebanyakan orang
mendefinisikannya sebagai keberhasilan mencapai tujuan, termasuk kekayaan,
prestasi, disukai dan tenar. Orang “sukses” menikmati “hidup yang baik” –
diukur secara finansial dan emosi aman, dikagumi banyak orang, dan menikmati
hasil pekerjaannya. Mereka dijadikan panutan, keberhasilan mereka diketahui
banyak pihak. Mereka sangat percaya diri, tahu kemana mereka hendak melangkah
dan sangat pasti bahwa mereka akan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Bila kita menggunakan standar di
atas untuk mengukur keberhasilan Nabi Yeremia maka ia merupakan pecundang.
Selama 40 tahun ia melayani sebagai Nabi bagi Yehuda. Ia menyampaikan pesan
Tuhan dan tak seorang pun mendengarkan dia. Secara konsisten dan penuh
belaskasihan ia melayani dan mendorong mereka, tapi tak seorang pun meresponi.
Ia miskin dan mengalami kehilangan hak sebagai warganegara akibat ia
menyampaikan nubuatan dari Tuhan. Ia masuk penjara (Yeremia 37) dan dimasukkan
dalam sumur (Yeremia 38), dia diasingkan ke Mesir di luar kehendaknya (Yeremia
43). Ia ditolak oleh para tetangganya (Yer 11:19-21), keluarganya (Yer 12:6),
nabi dan imam palsu (Yer 20:1-2), para sahabatnya (Yer 20:10), para
pendengarnya (Yer 26:8), dan para raja (Yer 36:23). Sepanjang hidupnya Yeremia
berdiri seorang diri, menyampaikan pesan Tuhan mengenai bencana (malapetaka),
menyampaikan perjanjian yang baru, dan meratapi saudara se tanah airnya yang
sangat ia kasihi. Di mata dunia maupun gereja modern, Yeremia bukanlah seorang
yang sukses. Dia jelas seorang pecundang besar.
Namun di mata Tuhan, Yeremia
merupakan salah satu orang tersukses di muka bumi sepanjang sejarah. Sukses, menurut ukuran Tuhan melibatkan
ketaatan dan kesetiaan. Tidak perduli berapa banyak orang menentang dan
penderitaan secara pribadi, Yeremia dengan berani dan setia menyampaikan Firman
Tuhan. Dia taat pada panggilanNya.
Coba renungkan hal ini:
Yeremia
mengkonfrontasi banyak orang akan dosa mereka; para raja, nabi-nabi
palsu, mereka yang melayani di bait Allah, dan mereka yang ada dalam
masyarakat. Orang-orang tidak meresponi pesan yang ia sampaikan secara positif.
Yang akhirnya membuat Yeremia bertanya-tanya adakah gunanya apa yang ia tengah
kerjakan. Ia seringkali merasa kecewa bahkan kadang mengalami kepahitan. Untuk
menyampaikan pesan Tuhan yang bersifat koreksi menambah beban tersendiri
baginya.
Saat ini kita pun dipanggil Tuhan
untuk menyampaikan pesanNya pada gereja yang tengah tertidur bahkan sekarat dan
dunia yang tengah menuju kebinasaan. Kadang kita akan mengalami kekecewaan
sebab sangat sedikit yang meresponi kebenaran, tetapi kita harus tetap
menyatakan pada gereja dan yang berada di luar sana konsekwensi dosa dan
pengharapan yang ada di dalam Dia.
Yeremia 12:5,”Jika engkau telah berlari dengan orang
berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu
melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram,
apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan?”
Hal ini akan sangat menantang
tetapi kita akan mendapat pertolongan dari atas. Sebab itu kita patut untuk
saling mendoakan seorang dengan yang lain.
BELAJAR DARI TELADAN HIDUP TUHAN YESUS SENDIRI
Sesaat setelah itu, saya mengambil
waktu untuk berdoa dan puasa. Saat itu saya mulai merasa terintimidasi setelah
begitu banyak pertanyaan dan pernyataan menyerbu kami, kadang di waktu yang
bersamaan yang konotasinya cenderung negatif.
Lalu Tuhan Yesus mengajarkan saya
mengenai kehidupan, pelayanan dan prioritas dalam kehidupanNYA. Tuhan Yesus
menghantam paradigma saya tentang kesuksesan dalam kehidupan, pelayanan dan
prioritas yang selama ini ada dalam benak saya, dan apa yang telah saya
pelajari.
- Tuhan Yesus lebih suka berdoa seorang diri daripada menonjolkan diri atau mempromosikan diri sendiri (Mat 14:23, Mrk 1:35, 6:46, Luk 6:12, 9:18,28-29)
- Tuhan Yesus fokus pada pemuridan, menghasilkan murid sebagai suksesor (Yoh 17:1-26) bukan kepada berapa jumlah pengikut atau anggota “Jesus Club”.
- Tuhan Yesus adalah seorang yang sederhana (Mat 8:19-20). Tuhan tidak pernah mengeluhkan fasilitas, Ia tidak memiliki “head office” bahkan rumah pribadi, Ia tidak punya kendaraan pribadi (Mrk 11:2-4), bahkan untuk aksi sosial pun Ia tak punya “persediaan makanan” (Mrk 8:1-10, 6:30-34).
- Tuhan Yesus adalah seorang yang percaya diri, ia tidak minder saat diremehkan dan tidak pula marah untuk alasan tersebut (Yoh 1:46)
- Tuhan Yesus mengajarkan “relationship” dan bukan “religion” yang penuh keangkuhan agamawi dan kemunafikan (Mat 23:1-36, Mrk 12:38-40, Luk 20:45-47, 11:37-54)
- Tuhan Yesus membenci institusi keagamaan yang tidak memberikan makanan bagi “jemaat”. (Mrk 11:12-26)
- Tuhan Yesus tidak pernah membangun denominasi atau agama baru. Meski Ia bisa (Yoh 6:1-15). Ia tahu orang banyak hanya mau kepuasan jasmaniah.
- Tuhan Yesus tidak pernah membuat rumus atau pola baku untuk mengadakan kesembuhan ilahi dan kesembuhanNya tidak hanya eksklusif bagi mereka yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
-
Sakit kusta = Mat 8:1-4, Luk 5:12-16, 17:11-19, Mrk
1:40-45
-
Buta = Mat 9:27-31, 20:29-34, Mrk 8:22-26, 10:46-52,
Yoh 9:1-41
-
Dibangkitkan dari kematian = Yoh 11:1-44, Mat 9:23-26,
Luk 7:11-17
-
Dirasuk setan = Mrk 5:1-20, 1:21-28, 7:24-30, Mat
8:28-34, 12:22-23, 15:21-28, Luk 4:31-37
-
Lumpuh = Mat 8:5-13, 9:1-8, Mrk 2:1-12, Luk 5:17-26,
Yoh 5:1-18.
KESADARAN AKAN AKIBAT SAAT HARGA DIBAYAR
Kami menyadari ketika kami
bersedia untuk taat maka kami akan menghadapi banyak tantangan. Apa yang akan
kami kerjakan bukanlah pelayanan yang extravaganza dan bombastis.
Tetapi kami tahu bahwa kebenaran
ini sangatlah penting. Hal pertama, bahwa setiap anak Tuhan harus menyadari
bahwa tubuhnya adalah bait Allah (gereja) dimana Allah hadir. Ia memiliki
hak istimewa melalui penebusan Kristus di atas kayu salib dan kebangkitanNya,
ia kini dapat menghadap tahta suci Bapa tanpa rasa takut (Yoh 14:6, Ibrani
10:19-20).
Hal kedua, gereja harus
dimulai dalam rumahtangga kita sendiri. Dimana kesaksian hidup kita dalam
Kristus teruji dalam kehidupan orang-orang terdekat kita. Kesadaran bagi para
suami bahwa mereka dipanggil untuk menjadi imam dalam rumahtangganya.
Ketiga, keluarga kita menjadi
terang dan garam bagi lingkungan dimana kita tinggal, di tempat pekerjaan
kita, di sekolah atau universitas, di pasar, di mana saja.
Keempat, keluarga-keluarga
Kristen bersinergi dalam bentuk gereja (kumpulan orang percaya) untuk
beribadah, saling mendoakan, saling menasehati, belajar bersama, makan bersama,
dll. Mencari wajah Tuhan secara korporat bagi kota dan bangsa dimana mereka
berada. Ini bukan tentang gereja institusi vs gereja rumah, ini tentang kita
sebagai gereja Tuhan.
Kelima, gereja Tuhan pergi
dan menjadikan semua bangsa murid Kristus. Gereja terlibat dalam missi
menjangkau dunia terhilang.
Doa kami, “Tuhan tolonglah kami
untuk tetap taat meski harga itu mahal. Kami tak sanggup untuk melakukannya
dengan kekuatan kami sendiri, kami perlu kasih karuniaMu saja. Sebab kami
menyadari kami tentu akan berhadapan dengan pihak oposisi selain mereka yang
menerima apa yang kami sampaikan. Tetapi tolong kami…berilah kami keberanian untuk
menyatakan isi hatiMU. AMIEN
Langganan:
Postingan (Atom)