Sebuah
Ucapan Syukur
Tidak terasa sudah
bulan Desember 2015 lagi, waktu serasa berjalan begitu cepat. Tahun ini kami
mengucap syukur sebab istriku, Novie, sudah disembuhkan Tuhan dan kami dapat
melayani bersama-sama kembali. Tidak henti-hentinya kami mengucap syukur dan
berterimakasih pada setiap saudara seiman kami yang telah berdoa dan mendukung
kami selama ini. Terimakasih telah ada bersama kami dalam keadaan suka bahkan
saat kami harus melalui keadaan duka sekalipun, kalian tetap ada untuk
mendukung.
Terimakasih untuk
Bapak Daniel Alexander yang telah menguatkan kaki kami yang sempat goyah 6
bulan lalu, hingga akhirnya kami berkomitmen kembali fokus untuk melayani
pekerjaan Tuhan bagi mereka yang selama ini terpinggirkan. Terimakasih untuk
setiap dukungan doa, daya (tenaga) dan dana dari setiap saudara seiman,
terimakasih telah percaya pada kami selama ini. Terimakasih atas keluarga baru
ku dalam komunitas Oikos Fellowship di Bandung maupun saudara-saudara seiman
lainnya di kota Bandung, terimakasih atas dukungan dan komitmen kalian semua.
Terimakasih juga atas dukungan gereja Tuhan (tubuh Kristus) di Surabaya yang
selama ini telah dengan setia mendoakan dan mendukung kami. Juga keluarga
rohani ku yang bekerja di perantauan. Tetap cinta Tuhan dan layani
bangsa-bangsa yang belum mengenal Tuhan di sana.
Kami mengucap
syukur dan berterimakasih atas setiap sumbangan dan persembahan bagi
saudara-saudara seiman yang membutuhkan. Terimakasih banyak atas belaskasihan
bagi mereka yang kurang mampu. Selama tahun ini kami telah menyalurkan bantuan
pakaian bekas, mainan anak, MP3 berisi lagu pujian, Alkitab, literatur Kristen
lainnya, makanan dan bantuan finansial bagi mereka yang hidup di jalanan
termasuk para pemulung, tukang sampah, anak jalanan dan bagi saudara seiman
yang dalam kemalangan.
Kami mengadakan hal
ini bukan sebagai sebuah program tetapi lebih kepada menjadikan “memberi”
sebagai gaya hidup kita sebagai orang percaya. Tuhan telah memberikan teladan
pada kita dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga IA mengaruniakanAnakNya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. Rasul Paulus pun menyatakan dan memberikan
teladan,”Adalah lebih baik memberi
daripada menerima” (Kis 20:35).
Kami percaya bahwa
untuk memberitakan Kabar Baik tidak cukup dengan kesaksian atau khotbah, sebab
kita tahu “perbuatan” kita berbicara lebih keras daripada ucapan kita. Saya
ingat saat masih kecil, mama saya mengajarkan bahwa saya harus selalu jujur dan
tidak boleh berbohong (Suatu pengajaran yang tentu bagus dan harus
ditaati)….tetapi suatu kali ketika ada tamu datang dan mama tidak mau
menemuinya….mama segera memanggil saya dan berkata,”Dave, kamu nanti buka pintu
dan bilang sama tamunya mama belum pulang ya.” Pengalaman masa kecil itu
membekas dalam diri saya. Sebab mama mengajarkan suatu hal yang baik tetapi
beliau sendiri mengingkari ajarannya. “Orang dunia yang tinggal dalam dosa”
butuh teladan hidup bukan sekedar orang “yang pintar bicara”. Tuhan memanggil
kita menjadi terang dan garam dunia. Bukan hanya sekedar jadi juru bicara
tetapi menjadi “kaki dan tangan” dari kasih Kristus yang menjamah dunia.
Orang-orang yang
kami layani bukanlah “kaum” yang suka dilayani oleh bahkan gereja. Kalaupun ada
pelayanan diakonia, rata-rata hanya
melihat sebagai program pelayanan bagi kaum miskin..bagi-bagi sembako,
pengobatan gratis, bimbingan belajar gratis dll (yang semuanya itu
baik)….kelemahannya adalah tidak adanya hubungan dengan “kaum” tersebut.
Padahal banyak di antara mereka yang ingin didengarkan dan dilayani. Sebab kaum
miskin seringkali dianggap “merepotkan” dan suka meminta-minta terus. Biasanya
dulu saya diajarkan agar jangan memberi mereka roti tetapi berikan mereka
pancing agar bisa mandiri. Dan saya telah melakukan hal tersebut dan …….menemui
kegagalan…..sebab memberi pancing saja tidak cukup….mereka butuh umpan bila
hendak memancing dan terlebih lagi mereka butuh “seseorang” yang mengajarkan
cara dan trik memancing dengan baik.
Apa yang saya
percayai adalah kita, orang percaya dipanggil untuk memperluas pengaruh
Kerajaan Tuhan..bukan dengan memperbanyak bangunan gedung gereja yang
megah….tetapi memperluas pengaruh kita di berbagai aspek kehidupan. Saya
berpikir seandainya uang untuk pembangunan gedung gereja….setengahnya saja
digunakan untuk dibuat koperasi simpan pinjam atau bank perkreditan rakyat
bukanlah akan lebih bermanfaat baik bagi saudara seiman maupun orang belum
percaya (dapat menjadi sarana penginjilan) atau “gereja mapan dengan omzet
milyaran” bisa membangun perumahan rakyat bagi saudara seiman yang kesulitan
memiliki rumah karena persyaratan-persyaratan tertentu….
Jemaat mula-mula
disebut pertama kali sebagai Kristen di Anthiokia sebab orang di kota tersebut
melihat gaya atau cara hidup yang sangat berbeda dengan orang sezamannya.
Hingga mereka melihat pribadi Kristus dalam kehidupan jemaat mula-mula.
Bagaimana dengan kita saat ini?
Saya melihat bila
saudara seiman diberkati secara finansial, itu berarti Tuhan mempercayakan
harta tersebut untuk perluasan pengaruh Kerajaan Tuhan. Anda tentu bisa
menggunakannya untuk membeli mobil Hammer, Bentley, Jaguar..dstnya…atau
memiliki apartemen atau rumah di perumahan mewah atau berbelanja tas Hermes,
Prada, Gucci..yang asli dan bukan KW. Tetapi jangan lupa bahwa Anda dapat
berkelimpahan harta karena Tuhan. Dan Tuhan punya tujuan atas hal tersebut.
Saya membaca hasil sebuah survey yang menyatakan bilamana seluruh orang percaya
di dunia ini mengumpulkan 10% dari seluruh penghasilannya dan di kumpulkan maka
“kemiskinan di muka bumi akan terhapus”. Wauw seandainya hasil survey tersebut
valid, maka gereja dapat menjadi jawaban……sayangnya banyak biaya kita keluarkan
untuk pembangunan dan pemeliharaan fasilitas. Seandainya kita dapat membangun
fasilitas yang lebih sederhana dan menggunakan dana tersebut untuk membangun
kota dengan pengentasan kemiskinan dengan membuka UKM atau kebodohan dengan sekolah murah dstnya.
Saya melihat
teladan gereja mula-mula, mereka tidak punya fasilitas apa-apa, para rasul pun
tidak memiliki fasilitas pribadi apa-apa…..tetapi mereka membuat “dunia
berguncang”……bila menilik ke belakang dan melihat “dunia kita” saat
ini…seharusnya kita bisa berbuat lebih. Jemaat mula-mula bisa berkembang pesat
karena “gaya hidup Kristus” yang tampak dalam keseharian mereka hingga dunia
yang belum percaya di sekitarnya terjamah. Dalam catatan sejarah anak-anak yang
di buang di jalanan, dipungut, dirawat dan dibesarkan oleh jemaat mula-mula
seperti anak sendiri…mereka juga merawat dan memelihara kaum miskin……orangtua
yang sudah renta dan diabaikan dirawat di rumah sendiri seperti orangtua
sendiri..dlll. Belaskasih Kristus bukan saja tercermin dalam kehidupan mereka
tetapi dapat dirasakan secara nyata. Bahkan dalam Kisah Para Rasul
dituliskan,”Semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. (Kis 2:44).Bagaimana dengan
kita? Saya percaya bila kita memang terkoneksi dengan Tuhan dan memiliki
hubungan dengan saudara-saudara seiman maka kita akan dengan mudah untuk
memberi. Bahkan Tuhan mengajarkan agar kita membalas kejahatan dengan
kebaikan,”Jika seterumu lapar, berilah dia makan, jika ia haus, berilah dia
minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan
kebaikan! (Roma 12:20-21).
Pada tahun 2016
kami pun merencanakan untuk memperlengkapi rekan-rekan saudara seiman untuk
terlibat dalam pergerakan pemuridan bangsa-bangsa dan melayani lebih banyak
lagi jiwa yang selama ini belum terjangkau dan merasakan kasih Kristus. Bila
Anda ingin menghubungi atau mendukung kami dapat mengirimkan email davebroos@yahoo.co.uk atau SMS
081330135643 atau juga melalui inbox FB ini.
OK thanks atas
perhatiannya semoga apa yang saya bagikan dapat menjadi berkat. Terimakasih
telah menyempatkan membaca posting kami. God bless you all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar