Selasa, 25 Juni 2013

BAGAIMANA GEREJA ANDA MENJADI GEREJA MISIONER?

RENUNGAN MISI: BAGAIMANA GEREJA ANDA MENJADI GEREJA MISIONER?

Semua kekristenan, apalagi para hamba Tuhan, mengharapkan bahwa gereja mereka adalah gereja yang misioner, yaitu sebuah gereja yang berkembang, bertumbuh, dan memiliki wawasan yang luas. Untuk mencapai target ini, kita sebagai orang Kristen harus mengerti misi.

Tujuan misi adalah bahwa semua orang diperdamaikan dengan Allah dan hidup bagi kemuliaan-Nya. Bagaimana tugas ini dapat terlaksana?

Melalui gereja sebagai agen misi yang menuruti perintah Roh Kudus sebagai Pembina misi; maka Allah dipermuliakan di seluruh dunia.

Dalam Kisah Para Rasul 1:8 dikatakan, "... kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi"; Tuhan Yesus menjelaskan pola yang harus dipakai, yaitu setiap gereja yang ingin menjadi gereja misioner harus terlibat dalam 4 jenis penginjilan (PI):

a. "Yerusalem" (PI-O): Orang Yahudi (di mana murid-murid berada).
Artinya: Menginjili orang Kristen di lingkungan gereja/kota kita yang belum lahir baru.

b. "Yudea" (PI-1): Orang Yahudi (di dalam negeri murid-murid, tetapi di luar lingkungan gereja).
Artinya: Menginjili suku sendiri yang belum percaya.

c. "Samaria" (PI-2): Orang campuran Yahudi-Kafir yang belum percaya.
Artinya: Menginjili orang dengan kebudayaan yang mirip kebudayaan kita (misalnya orang Nias menginjili orang Batak).

d. "Ujung Bumi"(P1-3): Bangsa lain.
Artinya: Menginjili suku dan/atau bangsa dengan kebudayaan yang berbeda dengan kita (misalnya orang Indonesia menginjili orang Afrika).

Kita tidak boleh mengatakan sesudah keluarga dan negara kita menjadi Kristen, baru gereja kita bisa melibatkan diri dalam misi sedunia. Perhatikan Kisah Para Rasul 1:8, di situ dikatakan, "Yerusalem, Yudea, Samaria dan ujung bumi," bukan "sesudah Yerusalem, Yudea, Samaria tercapai dengan Injil, baru ke ujung bumi."

Itu berarti setiap gereja semestinya menjalankan ke-4 jenis penginjilan ini secara serentak. Ini artinya menjadi generasi misioner.

Diambil dari:
Judul buletin: Terang Lintas Budaya, Edisi 40, Tahun 2000
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Terang Lintas Budaya, Malang 2000
Halaman: 2

Tidak ada komentar: