Selasa, 04 Maret 2008

KORELASI ANTARA INTEGRITAS DAN OTORITAS



Korelasi antara integritas dan otoritas

Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun
mereka dengan kecakapan tangannya (Mazmur 78:72).

So he shephered them according to the integrity of his heart, and guided
them by the skillfulness of his hands (New King James Version).

Salah satu isu utama kepemimpinan adalah memimpin dengan integritas.
Kepemimpinan rohani berjalan karena pemimpin menerima ketundukkan sukarela
dari yang dipimpin. Dan ketundukan sukarela datang karena kepercayaan. Namun
sudah pasti kepercayaan akan datang karena integritas. Kejujuran...kemurnian dari
bagian hati paling dalam. Otoritas tanpa integritas adalah kepemimpinan palsu.
Sebesar apapun otoritas struktural tanpa integritas hanya akan menghasilkan
kepemimpinan yang tersunat pengaruhnya. Kemudian lahirlah ketundukkan palsu,
bukannya ketundukkan yang lahir karena respek. Kepemimpinan rohani adalah satu-
satunya jenis kepemimpinan di dunia yang tidak dapat memaksakan otoritasnya.
Otoritas rohani hanya bisa berjalan dengan bersanding bersama integritas. Bos di
perusahaan memakai uang sebagai salah satu alasan otoritasnya dijalankan terhadap
karyawan. Hakim di pengadilan memastikan otoritas jabatan yuridisnya dengan
ketokan palu di meja ruang pengadilan. Polisi lalu lintas menjadi pemimpin di jalan
raya dengan menyandang seragam dan pistol atas nama negara untuk memastikan
semua pemakai jalan raya mematuhi semua peraturan lalu lintas. Tetapi dapatkah
pemimpin rohani memaksakan otoritasnya?
Beberapa kepemimpinan gaya dunia yang mungkin sekarang sedang mengincar
tengkuk kita -gereja- atau malah kita sudah terjerembab ke dalamnya:
* Menggunakan intimidasi . Hanya menunggu waktu saja sampai orang yang
dipimpin kehabisan energi untuk hidup dalam ketakutan dan luka kemudian
memberontak untuk keluar dari praktek sihir tersebut.
* Memimpin dengan pengetahuan akan segera berakhir tatkala sang pemimpin
tidak menghidupi lagi apa yang dia ketahui.
* Memimpin dengan manipulasi yang tak disadari "pengikut". Dengan mudah
mengeksploitasi orang di sekitarnya untuk memenuhi agenda dan ambisi
pribadinya. Proses manipulasi tersebut mungkin akan segera berakhir saat
orang menyadari tipu muslihat dan motif terselubung si pemimpin.
* Memimpin dengan kharisma tanpa karakter yang kuat.
Setelah tontonan kharisma usai dan pemimpin tidak mampu menunjukkan
karakter dan integritasnya dalam keseharian mereka maka sebentar kemudian
akan ditinggalkan banyak orang. Sudah sering kita mendengar contoh pemimpin
kharismatis yang ditinggal orang karena integritasnya soal keuangan atau
moralitas.

Kita belajar dari Perjanjian Baru bahwa Petrus telah terjatuh ke dalam
ketiadaan integritas. Petrus telah meluangkan waktu 3 tahun bersama Yesus. Ia
telah berjalan di samping Yesus dan menyaksikan mujizat-mujizat-Nya. Ia telah
menerima tugas dari Allah untuk menyampaikan Injil kepada orang-orang kafir. Ia
telah menerima kunci Kerajaan Allah. Namun Petrus masuk ke dalam suatu situasi
dimana ia tidak memiliki cukup integritas. Tidak peduli apakah kita seorang
pengajar, pengkotbah dan pelayan Tuhan selama bertahun-tahun, adalah mudah
bagi kita untuk merusak prinsip integritas. Namun kita tidak perlu jatuh ke dalam
pelanggaran kemunafikan ini.
“Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya,
sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia
makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah
mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan
saudara-saudara yang bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku
munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan
mereka. Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan
kebenaran Injil, aku berkata Kepada Kefas dihadapan mereka semua: Jika engkau,
seorang Yahudi, hidup secara kafir, dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah
engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara
Yahudi?” (Galatia 2:11-14).
Petrus telah bertindak secara munafik. Ia lebih peduli untuk terlihat benar di depan
orang percaya Yahudi dari Yerusalem daripada memelihara kesaksian Kristennya di
depan orang-orang kafir yang ia layani. Ia mengikuti trasdisi dan aturan-aturan
manusia - dan dengan melakukannya ia memperlihatkan dirinya sebagai orang
munafik. Ketakutan terhadap orang-orang agamawi itulah yang menyebabkan dia
jatuh ke dalam perangkap ini. Ia tampaknya mengubah perilaku menurut jenis
kumpulan orang yang ada di sekitarnya. Dalam kasus Petrus tersebut, Paulus
menghadapi Petrus secara terbuka dalam masalah yang berhubungan dengan
perilaku munafiknya dan menunjuk kepadanya kebodohan dari tindakan-
tindakannya. Paulus, anggota terbaru dalam kalangan rasul-rasul, memutuskan
untuk menantang Petrus karena kepura-puraannya Petrus telah memilih kembali
kepada legalisme Yahudi.

Kepemimpinan rohani hanya bisa berjalan dalam hubungan kepercayaan yang
kuat-antara pemimpin dengan yang dipimpin- yang disebabkan sang pemimpin
hidup dalam integritas dan kemurnian. Keteladanan yang muncul karena telah
menghidupi "kebenaran dalam batin" (Mazmur 51:8) akan menjadi kekuatan
kepemimpinan yang tak tergantikan oleh cara apapun. Hanya mereka yang murni
dan jujur saja yang dapat berkata di depan orang banyak seperti Paulus yang
berkata: "Ikuti teladanku!" (Filipi 3:17). Kepercayaan yang muncul karena integritas
dan kejujuran dalam kepemimpinan akan mengoptimalkan kekuatan hubungan yang
pada gilirannya akan menuntaskan semua visi dan misi bersama.

Lebih lanjut soal Integritas

Telah menjadi suatu kebiasaan normal bagi beberapa orang untuk mengenakan
topeng dan membuat orang lain mengira mereka hidup lebih baik dibanding yang
sesungguhnya tetapi sebenarnya itu merupakan gejala kurangnya integritas untuk
tampil beda dari yang sesungguhnya... berpura-pura dengan kerohanian palsu! Perlu
adanya pengajuan pertanyaan kepada kita terus menerus yang dapat
mengembangkan semacam "kewaspadaan" mengenai hal tersebut: Apakah Anda,
entah sadar atau tidak sadar, menciptakan kesan bahwa Anda adalah seorang yang
lebih baik dari diri Anda yang sesungguhnya? Apakah Anda telah berusaha untuk
tampil lebih baik dari diri Anda yang sesungguhnya? Anda munafik? Seharusnya
ada kesadaran untuk menjadi utuh secara moral tanpa kepalsuan. Konsekuensinya
jelas, bahwa orang yang tidak memiliki integritas akan kehilangan kepercayaan dari
orang-orang di sekitarnya, tidak peduli hal-hal lain yang telah ia kerjakan dalam
hidupnya. Bagi beberapa orang, kelihatan baik lebih penting daripada berbuat baik!
Mereka terperosok pada sikap menyenangkan orang lain sehingga mereka rela
membuat keputusan "yg kelihatan baik" dengan melakukan hal-hal yang
menunjukkan tidak adanya integritas.
Rasul Paulus berkata: "Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada
kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus." (Galatia 2:21).
Apa yang sedang dikatakan Paulus adalah bahwa jika seseorang kembali ke
legalisme,ia kembali terikat pada hal-hal tertentu yang harus ia katakan atau
lakukan supaya kelihatan baik. Itu sama dengan menyia-nyiakan kasih karunia
Allah! Orang yang berusaha terlihat rohani tetapi sebenarnya tidak terbukti sedang
menolak kasih karunia Allah. Dia membangun kebenaran "kosmetik", bukannya
"kebenaran dalam batin" (Mazmur 51:8). Orang-orang yang berintegritas tetap sama
dalam situasi kecil ataupun besar. Mereka ada disana ketika hari panas ataupun
hujan. Ia tidak berubah-ubah ketika terjadi badai, aniaya dan halangan apapun. Kita
perlu hidup dalam integritas dan kejujuran setiap waktu, khususnya dalam rumah
tangga kita. Mengakui kesalahan kita dan meminta pengampunan dari mereka
ketika kita melakukan kesalahan merupakan tanda integritas yang berbicara lebih
keras dan jelas.

Beberapa hal yang akan menguatkan dan menumbuhkan integritas:
* Temukan orang yang berani menantang kita jika kita keluar jalur, berikan ijin
untuk memasuki lingkungan pribadi dan berbicara tentang kehidupan kita jika
diperlukan (Galatia 2:11). Temukan penantang ... seperti Paulus menantang
Petrus dan nabi Natan menantang Daud!

* Jadilah orang yang punya rasa aman.
Orang yang hanya berusaha menyenangkan org lain adalah pemimpin yang
buruk, rasa ketidak-amanan selalu memimpinnya untuk berperilaku munafik.
(Galatia 2:12)

* Jadilah konsisten.
Kenalilah bidang-bidang ketidakkonsistenan kita dan memohon kasih karunia
untuk mengubahnya. (Galatia 2:14)

* Kotbahkan prinsip-prinsip, bukan hanya aturan-aturan.
Jauhilah legalisme yang terfokus kepada kebenaran diri bukan pada iman.
(Galatia 2:15)

Selanjutnya? Jika sebagai seorang pemimpin kita merasa teguh berdiri maka kita
perlu berhati-hati agar tidak jatuh. Sebaliknya menjadi semakin rendah hati, tetap
menjaga hati dan gentar di hadapan Tuhan.

PERTAHANKAN INTEGRITASMU!!

-Cornelius Wing-

Tidak ada komentar: