Panggilan untuk Memberitakan Injil
Shalom,
Sering kali, seseorang melawan
ketidaknyamanan terhadap sesuatu dengan mengeluarkan banyak alasan yang
akan membuatnya memiliki kesempatan untuk aman. Bagaimana dengan pemberitaan Kabar Baik
bagi jiwa-jiwa terhilang? Apakah hal ini menjadi sesuatu yang nyaman
bagi Saudara? Kebanyakan tidak sehingga kegiatan ini sering kali
dihindari. Banyak sekali alasan yang akan diutarakan untuk menolaknya,
mulai dari anggapan bahwa itu bukan bagiannya, bukan panggilan, sampai
ada yang terus terang dan berkata, "Saya takut ditolak jika harus
menyampaikan tentang kekristenan, apalagi menyampaikan Injil."
Bersyukurlah karena Tuhan tidak pernah memiliki alasan untuk tidak
mengasihi kita. Andai Ia mengeluarkan satu alasan kecil saja, "Aku tidak
mau engkau selamat karena engkau menolak panggilan-Ku untukmu,"
celakalah kita. Cobalah untuk melihat siapakah Dia dan siapakah kita,
Dia Tuhan dan kita adalah hamba-Nya. Dia berkuasa dan kita lemah, Dia
sumber dan kita adalah peminta.
Dalam edisi e-JEMMi kali ini,
redaksi akan menyajikan sebuah artikel menarik yang akan membawa kita
untuk mengerti dan menghindari empat alasan utama mengapa seorang yang
dipanggil tidak mau mengerjakan tugasnya. Kiranya setelah membaca
artikel ini, hati dan pikiran kita semua akan semakin terbuka untuk
mengambil bagian dalam pemberitaan Injil. Selamat membaca. Tuhan Yesus
memberkati.
Staf Redaksi e-JEMMi,
Ayub T. |
ARTIKEL
Empat Alasan Kita Tidak Menceritakan Injil
Halaman saya dikotori dengan bunga
gulma kuning yang mengerikan. Ya, dandelion. Sebagai anak-anak,
sangatlah menyenangkan untuk memetik satu bunganya yang berwarna putih,
memegangnya, dan memutar-mutarnya. Perlakuan itu akan menyebabkan
serbuk-serbuknya tersebar ke udara, dan akhirnya mendarat lagi di
rumput. Pada saat itu, saya tidak menyadari bahwa saya telah menyebarkan
gulma liar yang menyerang ini sehingga mengganggu pertumbuhan rumput
yang dirawat dengan hati-hati. Sekarang, sebagai pemilik rumah dan
pemilik kebun, setiap akhir pekan saya bekerja keras untuk mencabut
gulma ini yang tampaknya terus menyebar, terlepas dari apa yang saya
lakukan untuk menghentikannya.
Dandelion berkembang biak dan
tersebar secara alami, seperti halnya Injil. Pertimbangkan sejenak
bagaimana berita tentang Yesus tersebar ke mana pun ia pergi (Markus 1:21-28; 40-45; 5:1-20).
Meskipun Yesus berusaha untuk tidak menunjukkan kegemparan, ketenaran
dan penyembuhan dari-Nya menyebar secara jauh dan luas. Seperti halnya
dandelion matang yang berhamburan terkena angin, yang bertumbuh di mana
pun ia diterbangkan. Perjalanan Injil adalah seperti itu, dari orang ke
orang, keluarga ke keluarga, dan dari masyarakat ke masyarakat.
Firman Allah melejit seperti itu, dengan caranya sendiri, dalam kitab Kisah Para Rasul:
Jadi, jika firman Allah -- kabar
baik tentang Yesus Kristus -- secara inheren memiliki kekuatan untuk
meningkat dan berlipat ganda melalui karya Roh Kudus, mengapa
penginjilan begitu sulit? Mengapa kita tidak membagikan Injil lebih
daripada yang kita lakukan? Kita perlu bertanya apakah kita adalah angin
segar yang menyebabkan benih kabar baik dapat tersebar, atau
sebaliknya, kendala yang mencegahnya untuk bergerak lebih jauh dan lebih
cepat. Sayangnya, banyak dari kita yang lebih menyerupai seperti
dinding dibandingkan angin. Akan tetapi, mengapa?
Empat Kendala Penginjilan
Kita Mengatasi Kendala Bersama, Tidak Sendirian
Jika melakukan pemuridan adalah misi kita (Matius 28:18-20),
bagaimana pengikut Kristus dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut
sehingga dapat menjadi saluran anugerah kepada yang terhilang? Salah
satu cara utama agar kita dapat mengatasi kurangnya pengetahuan akan
Injil, perasaan apatis, rasa takut, dan kurangnya belas kasih adalah
dengan berkumpul bersama dengan sesama orang percaya untuk mengingat dan
menumbuhkan panggilan dan keyakinan inti kita.
Kita adalah orang-orang yang telah mati untuk diri kita sendiri dan hidup bagi Kristus (Galatia 2:20).
Kita memiliki hak istimewa yang mendalam, untuk saling mendorong dalam
mengasihi dan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, yang telah Allah
tetapkan sebelum kita (Ibrani 10:24; Efesus 2:10). Beberapa karya yang baik tersebut akan menjadi kesaksian lisan terhadap kasih karunia Allah dalam hidup kita dan dalam pemberitaan Injil Yesus Kristus bagi yang terhilang.
Dalam konteks komunitas Kristen,
orang percaya lainnya dapat berbicara dan mengingatkan kita pada
kebenaran sejati yang perlu kita dengar. Dietrich Bonhoeffer menyatakannya demikian:
"Kita
berbicara satu sama lain atas dasar pertolongan yang sama-sama kita
butuhkan. Kita saling menasihati untuk melakukan dengan cara yang
Kristus perintahkan untuk kita lakukan. Kita memperingatkan satu sama
lain untuk melawan ketidaktaatan yang menjadi kehancuran kita bersama.
Kita bersikap lembut dan kita bersikap keras satu dengan yang lain
karena kita sama-sama mengetahui, baik kebaikan maupun didikan keras
dari Allah." (Life Together, 106)
Semua orang Kristen memerlukan
sesama orang percaya untuk membantu mereka bertumbuh dalam pemahaman
mereka tentang Injil. Kita semua membutuhkan orang lain dalam hidup
kita, yang memacu kita untuk memberi kasih sayang yang lebih besar dan
semangat untuk mencintai yang terhilang dengan berbagi kabar baik
tentang Yesus dengan rela, yakin, dan berani. Berikut bagaimana keempat
cara ini dapat berhasil dalam sebuah komunitas.
Empat Langkah untuk Membagikan Injil dengan Lebih Baik
Bersama dengan sesama orang
percaya, kita harus saling mengingatkan tentang kecukupan firman Allah
untuk melakukan pekerjaan-Nya bagi tujuan-Nya. Jika kita yakin pada
kemampuan Injil untuk mengubah hidup, kita dapat secara berani dan tanpa
pandang bulu memberitakan kabar baik ini dengan kasih yang berkorban
bagi mereka yang terhilang, dengan harapan bahwa beberapa orang akan
diselamatkan. (t/N. Risanti)
|
PROFIL SUKU LOKAL
Bolango
Bolango
Pendahuluan/Sejarah
Mereka mengatakan kata Bolango berasal dari kata balangon yang berarti 'laut/lautan'. Orang-orang Bolango adalah orang-orang Gorontalo
yang telah berkelana ke suatu daerah di provinsi Sulawesi Utara
kemudian menikah dengan orang-orang Bolaang yang berasal dari daerah
itu.
Persatuan yang dihasilkan antara
kedua bangsa ini juga menciptakan penggabungan bahasa dan pencampuran
budaya yang menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang dimiliki oleh
orang Bolaang atau Gorontalo sebelumnya. Saat ini, Bolango tinggal di
daerah perbatasan antara Gorontalo dan Sulawesi Utara, di Kabupaten
Bolaang Uki, di Kabupaten Bolaang Mongondow di provinsi Sulawesi Utara.
Itu sekitar 3-4 jam di sebelah timur kota Gorontalo. Bahasa Bolango
adalah bagian dari kelompok linguistik yang lebih besar yang disebut
keluarga Gorontalik yang juga mencakup bahasa Bintauna, Kaidipang, Buol,
Gorontalo, Lolak, dan Suwawa.
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Sejak awal, masyarakat ini
memiliki tiga cara gaya hidup bersama. Ketiga metode kehidupan ini masih
berlangsung hari ini. Mereka adalah: (1) Pogogutat, potolu adi', (2) Tonggolipu', dan (3) Posad (mokidulu). Tujuan hidup bersama adalah sama, tetapi bentuk ungkapannya agak berbeda. Pogogutat, potolu adi' ada hubungannya dengan keluarga. Pogogutat berasal dari kata utat yang berarti 'saudara' (sibling, sepupu). Potolu adi' berasal dari kata Tolu adi' (motolu adi')
yang berarti 'ayah, ibu dan anak' (menjadi istri dan anak). Tradisi
budaya yang khas dalam masyarakat umum adalah orang-orang akan saling
menyapa saat mereka berpapasan di jalan tanpa berhenti. Mereka menyebut
ini mogimbalu'. Imbalu' (ucapan) adalah tanda hormat
kepada orang lain. Mereka mungkin atau bahkan mungkin tidak mengenal
orang itu. Bentuk ucapan ini seperti mengucapkan "Selamat pagi" atau
yang serupa. Wilayah Bolaang dulunya agak terbelakang. Namun, saat ini,
dengan pembangunan jalan raya Selatan sebagai jalur alternatif antara
Sulawesi Utara dan Gorontalo, pembangunan ekonomi telah dibangkitkan.
Namun, jalannya tidak terlalu ramai dan jembatannya rusak karena banjir
bandang. Penghasilan masyarakat meningkat karena pembukaan pabrik
pengolahan ikan di Bitung yang menangani produksi tuna Bolaang.
Apa Kepercayaan Mereka?
Orang-orang Bolango mayoritas
beragama Islam. Ada juga orang Bolango yang memeluk agama lain. Tidak
banyak orang nonmuslim yang tinggal di daerah Bolango, terlepas dari
kenyataan bahwa kelompok ini tinggal sangat dekat dengan kelompok orang
Minahasa, yang mayoritas Kristen.
Apa Kebutuhan Mereka?
Penebangan liar di daerah Bolango
adalah penyebab banjir yang merusak jembatan dan jalan akibat volume
pasir, tanah, dan batu yang dibawa oleh air banjir. Jika kerusakan hutan
terus memburuk, rumah di sekitarnya akan terancam juga. Oleh karena
itu, kesadaran masyarakat akan pelindungan hutan diperlukan supaya
penghijauan dapat dilakukan. Hal ini bisa membuka lapangan pekerjaan
yang akan membentuk sebuah langkah terpadu untuk memenuhi kebutuhan di
bidang ini. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Joshua Project |
Alamat situs | : | https://joshuaproject.net/people_groups/20295/ID |
Judul asli artikel | : | Bolango |
Penulis artikel | : | Tim Joshua Project |
Tanggal akses | : | 10 November 2016 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar