Gereja merupakan organisme yang hidup dan bukan sekedar organisasi buatan tangan manusia. Gereja harus di mulai di rumah tangga kita masing-masing dan bukan sekedar aktivitas religius belaka namun bagian kehidupan sehari-hari. Gereja harus jadi terang dan garam di luar dinding gedung gereja. Sebab gereja adalah kita
Selasa, 25 Mei 2010
TRUE KINGDOM ECONOMICS
Friends
The stock markets are dropping amid worry of default on national debts. We read the headlines and we also receive letters (like the one below) and struggle with how to adequately respond to our friends.
Peace of God be to you, One of our brothers, an Uzbeck named Hasan Mullah, has been put into a psychiatric clinic for becoming a Christian. He was given shots of harmful substances, but Jesus made it so tthat they did not have their affects. Pray for him. Please pray for me as I am facing a lot of pressure from people that are of heavy influences. Also I undergo financial difficulties. Again I need to make IDs for the guys, or else the police are getting on us. Otherwise things are normal. Blessings be to you, Sergey
Unhappy with your government? You do not face government sanctioned persecution nor do you have to deal with street level corruption! Normally addicts or released prisoners are not harassed by the police but followers of Jesus are.
Worried about your financial future? What if your husband was killed for his faith in Jesus and you have no means to support yourself or your children? Or what if your husband divorced you because of your faith? That is the situation for many widows and orphans in a tribal area of Pakistan. Help us help friends there.
Worried about health care? What if there was nothing unless you paid up front? That is what friends in Kyrgyzstan are facing right now as they help victims of the violence there. Will you please help us help them?
How many versions of the Bible do you own? What of over 20 million people with no culturally suitable version in their language? We are praying for this project. Interested? Please contact us.
How many Christian books decorate your shelves? We are publishing "The Luke 10 Manual" in Russian and in Kyrgyze. The Tajik version is coming. We need your help to get these out to multiply the Jesus model of simple, obedience based discipleship through those nations!
Yes, many needs but in some sense that is not the point. We need to give! Jesus in Matthew 6:25- 34 commanded us not to worry and said that those who seek the Kingdom (the people of the King) first will have all things added to them. Paul in the Message version of I Timothy 6:17- 19 is also very direct,
"Tell those rich in this world's wealth to quit being so full of themselves and so obsessed with money, which is here to day and gone tomorrow. Tell them to go after God, who piles on all the riches we could every manage- to do good, to be rich in helping others, to be extravagantly generous. If they do that, they'll build a treasury that will last, gaining life that is truly life."
There you have been told!
You may place your gift on Stichting Harvest Now, IBAN # NL. 47. ABNA . 040 56 06 087, Houten, NL. Or you may place money on Pay Pal at stevehill@harvest-now.com but make sure to press personal and then gift so that Pay Pal does not deduct fees from your gift. They have enough money already! Thank you and God bless you!
For Harvest
Steve & Marilyn Hill
_____________________________________________________
www.harvest-now.org
North America
35 Colony Trail Blvd
Holland Landing ON L9N 1C6
+1.905.836.8943
Europe
Hoenderhoeve 23
Houten 3992 XK, NL
+31.30.638.4377
Senin, 17 Mei 2010
UNDANGAN Simple Church Network
UNDANGAN
Simple Church Network
Shallom,
Kepada saudara saudariku dalam Kristus Yesus, Simple Church Network, merupakan sebuah komunitas orang percaya yang terbeban pada penanaman gereja dan mereka yang perduli terhadap apa yang tengah Tuhan kerjakan dalam kehidupan umatNYA. Di seluruh dunia dewasa ini Tuhan tengah membangkitkan pria maupun wanita untuk terlibat bersamaNYA memasuki pengalaman dan petualangan baru yang menantang. IA memanggil kita semua untuk terlibat dalam pelebaran KerajaanNya dengan melahirkan banyak keluarga Kristus yang bergairah dalam Dia (simple churches = gereja sederhana, gereja organik, gereja rumah,dll) di seluruh wilayah dan kelompok suku bangsa.
Simple Church Network bukanlah sebuah organisasi tetapi kumpulan penanam gereja yang berkumpul sebagai saudara seiman dan keluarga dalam Tuhan. Saling berbagi pengalaman, pelajaran, mendoakan, mendukung pelayanan seorang dengan yang lainnya, menasehati dan lain-lain. Tanpa memandang ia berasal dari denominasi atau organisasi mana. Sebab kita semua satu dalam tubuh Kristus.
APAKAH SIMPLE CHURCH NETWORK?
Kami adalah keluarga penanam gereja. Tuhan Yesus memanggil kita semua untuk terlibat dalam Amanat AgungNYA. Kita dipanggil untuk melahirkan keluarga-keluarga baru secara rohani (yang sering disebut simple church, gereja rumah atau gereja organik). Kita dipanggil untuk memultiplikasikan gereja dan memobilisasi setiap anak Tuhan untuk terlibat dalam pelebaran Kerajaan Tuhan.
Kami adalah komunitas praktisi. Kami adalah sebuah komunitas praktisi penanam gereja. Kita di sini bukanlah kumpulan “pakar”, tetapi kumpulan orang yang mau belajar bersama.
Kami adalah komunitas keluarga. Komunitas ini tidak memiliki kepemimpinan dengan sistem sentralisasi tetapi desentralisasi. Kita ingin bergerak bersama secara fleksibel dengan keunikannya masing-masing dan dengan kecepatan optimal tidak dibatasi oleh sistem hierarki yang kaku dan menghambat. Kita menitik beratkan pada sisi kekeluargaan dan kebersamaan.
Kami berjejaring dengan LK10 dan Outreach Fellowship International. Dua badan ini telah menjadi rekan dan juga mentor kami dalam hal penanaman gereja sederhana atau simple church.
Kami mengikuti teladan pelayanan Tuhan Yesus. Langkah awal pelayanan Tuhan Yesus memilih 12 orang murid, di mana Ia menginvestasikan hidupnya pada mereka (Lukas 6:40). Lalu Ia mengutus mereka untuk masuk ke kota maupun desa, menemui keluarga-keluarga memberitakan Kabar Baik dan memuridkan mereka, memulai gereja di rumah-rumah. Setelah itu mereka melaporkan apa yang telah dikerjakan pada Yesus (Lukas 9:10). Pada tahap ke dua, kita melihat kini Tuhan Yesus mengutus 72 orang murid, untuk melakukan tugas yang sama dan lalu mereka pun memberikan laporan atas apa yang telah terjadi (Lukas 10:17). Kerinduan kami sebagai murid-murid Kristus adalah untuk mengikuti pola yang telah IA berikan dengan memuridkan orang percaya, mengutus mereka dan saling menguatkan dalam memperlebar Kerajaan Tuhan.
DESKRIPSI BAGI YANG MAU MENJADI BAGIAN SIMPLE CHURCH NETWORK
Rekan jejaring Simple Church Network
1. Seorang yang memiliki hati dan gaya hidup seorang ayah atau ibu rohani (1 Tes 2:1-12). Mereka berfungsi sebagai seorang pemimpin berhati hamba yang merindukan setiap “anak rohani” yang dimentor beroleh keberhasilan (Mat 20:25-28). Ia memiliki karakter yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari dari seorang episkopos (penilik) dalam 1 Tim 3.
2. Seorang yang memiliki hati dalam penanaman gereja Tuhan, pemuridan, kesatuan tubuh Kristus dan pelebaran Kerajaan Tuhan; seorang yang isi hatinya tampak dalam pekerjaannya. Seorang yang mungkin pernah atau tengah mementor paling tidak dua buah penanaman/perintisan gereja (simple/house/organic/emerging church). Simple Church Network tidak pernah membatasi rekanannya dalam berorganisasi. Mereka dapat saja terlibat dan melayani di dalam organisasi/institusi gereja tradisional atau sebuah denominasi atau yayasan Kristen (parachurch).
3. Seorang yang setiap hari berdoa sesuai Luk 10:2b, meminta penuai-penuai baru di ladang Tuhan. Seorang yang tak berhenti berdoa dan mencari “man or woman of peace”(orang yang layak menerima damai sejahtera) di dalam sebuah wilayah atau kelompok tertentu. Luk 11:5-10, 18:1-8, Pkh 4:9-12.
4. Seorang yang dalam tiap kesempatan mengajarkan semua orang percaya untuk taat pada semua pengajaran Tuhan Yesus (Mat 28:20).
5. Seorang yang merasakan panggilan Tuhan atas suatu wilayah (lingkungan tetangga, kota, propinsi, negara dst) atau suatu kelompok suku dan budaya tertentu (suku terabaikan, suku yang mayoritas belum percaya, subkultur {punk, gothic, bikers, anggota gang/mafia, skaters, dst}, postmodern dst). Seorang yang bersedia berjejaring dan saling memperlengkapi di dalam jaringan ini. Dimana setiap saat kita saling berkomunikasi melalui milist, email, chatting, blog, SMS, telpon atau bertatap muka dalam pertemuan tahunan. Dimana setiap rekan jejaring bersama-sama mencari wajah Tuhan untuk mendapatkan strategi dalam memperlebar Kerajaan Tuhan dengan cara yang beragam, kita disini tidak mau terjebak dalam “penyeragaman strategi”.
6. Seorang yang secara pribadi siap untuk membina hubungan dengan semua rekan jejaring dalam skala nasional. Siap untuk bersama rekan yang lain untuk hidup saling memperlengkapi dalam jejaring regional.
7. Seorang yang pembelajar (memiliki hati yang mau diajar) dan pengajar/pelatih bagi penanam gereja lainnya (atau bagi mereka yang baru mau melangkah menjadi penanam gereja). Seorang yang mau belajar dalam Konferensi Simple Church Network dan mengajar dalam konferensi tersebut.
TIM SIMPLE CHURCH NETWORK AKAN:
1. Kami akan membawa diri Anda dalam hati kami (Kel 28:29) dan berdoa bagi Anda (Fil 1:3-11).
2. Kami akan ada untuk Anda melalui telpon, e-mail atau mengunjungimu kalau hal itu memungkinkan (1 Tes 2:8).
3. Kami akan menyediakan bahan-bahan pelajaran bila diperlukan untuk memperlengkapi Anda maupun jemaat (http://gerejaperjanjianbaru.blogpsot.com , http://enonlinebibleschool.blogspot.com , http://zoeministries.blogspot.com, www.LK10.com, www.robertfitts.com , dll)
4. Kami akan menghubungkan diri Anda dengan rekan-rekan jejaring lainnya dalam jejaring ini.
CONTACT PERSON:
DAVE BROOS
E-mail : davebroos@yahoo.co.uk
Mobile phone : +6281330135643
Rabu, 12 Mei 2010
“MENILIK SEJARAH GEREJA MULA-MULA" (E-BOOK BE THE CHURCH)
“MENILIK SEJARAH GEREJA MULA-MULA”
Gereja yang sejati jauh lebih dari sekedar terfokus pada struktur organisasi dan badan hukum maupun masalah anggaran dasar dan rumahtangga.
Matius 28:18-20 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Gereja Tuhan ditugaskan untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan Yesus. Kita dapat melihat intervensi ilahi sejak awal Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung ini, Ia berjanji akan menyertai kita semua sampai akhir zaman dan segala kuasa ada dalam tanganNya.
Kitab Kisah Para Rasul dimulai dengan pertemuan 120 murid Tuhan di sebuah tingkap di Yerusalem dan saat itu mereka mengalami ketakutan. Saat itulah Tuhan Yesus membaptis mereka dengan Roh Kudus sesuai janjiNya sebelum Ia naik ke sorga. Kisah Para Rasul 1:8, ‘Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Rasa takut itu lenyap dan mereka dipenuhi keberanian untuk mengabarkan Injil. Ketika mereka mengalami kepenuhan Roh Kudus, mereka berubah menjadi saksi Kristus. Saksi di dalam bahasa Yunani adalah martus yang berarti saksi atau martir. Gereja mula-mula zaman para rasul atau murid Kristus dimulai tahun 70-130.
Dalam kurun waktu satu generasi, Injil sudah diberitakan di seluruh Asia Kecil, memasuki Eropa, jemaat-jemaat kecil didirikan di semua kota besar, bahkan Roma yang kala itu merupakan pusat dunia.
Jemaat mula-mula ini bersifat misioner. Mereka self governing (memimpin diri sendiri, mandiri secara kepemimpinan), self supporting (mandiri secara keuangan), self propagating (giat memberitakan Injil) dan self reproducing (berkembang secara natural).
Saat gereja mengalami aniaya yang berat, orang Kristen memulai suatu tradisi menggambar lengkungan di tanah menggunakan kaki atau tongkat mereka. Bila orang di hadapannya menggambar lengkungan kedua yang berlawanan dengan yang pertama hingga membentuk gambar ikan maka mereka berdua tahu bahwa mereka merupakan saudara seiman sehingga mereka dapat bersekutu bersama dengan bebas.
Gereja mula-mula diperlengkapi oleh pelayanan lima jawatan, Efesus 4:11-15 “Dan Ia (Tuhan Yesus)lah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Mereka pada umumnya berpindah-pindah sesuai pimpinan dan bimbingan Roh Kudus.
Sedangkan pemimpin dalam jemaat mula-mula adalah penatua (penilik) bersama diaken. Ini bukanlah sekedar jabatan tetapi lebih pada fungsi pemimpin sebagai seorang teladan, ayah dan hamba. Dapat dengan jelas kita baca di dalam 1 Timotius 3:1-13 Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.
It’s about character! Kepemimpinan dalam gereja mula-mula menekankan pada ketaatan, karakter dan teladan bagi “keluarga rohani”nya.
Pada abad pertama umat Tuhan bersekutu dan beribadah di rumah masing-masing dan tidak mempunyai gedung ibadah khusus. Mereka beribadah tanpa memakai suatu tata ibadah yang tersusun rapi.
Mereka saling mendoakan, menyembah Tuhan dengan bebas, ada pengajaran, makan bersama, saling menguatkan dan membantu. Mereka terbuka pada pimpinan Roh Kudus, sebagaimana tertulis dalam 1 Korintus 14:26-28 “Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.” Demikian pula dalam Efesus 5:18c-21, “tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Atau sebagaimana kita baca dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Jemaat mula-mula memiliki kekuatan dan keuntungan. Dalam sebuah ibadah di rumah atmosfir yang terbangun adalah suasana kekeluargaan, masing-masing saling mengenal dan lahirnya kepedulian dalam persekutuan lebih nyata.
Dengan pertemuan di rumah, kita dapat menghindari hal-hal yang kurang praktis. Umpamanya masalah pakaian formil yang membuat beberapa orang merasa rendah diri, masalah harus bersikap “hormat dan kudus”,dstnya. Dalam pertemuan di rumah perbedaan di antara lapisan masyarakat dapat lebih mudah diatasi.
Jumlah umat Tuhan yang lebih sedikit memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk berfungsi di dalam ibadah dan bertumbuh secara kerohanian.
Mereka tidak memerlukan dana besar untuk membeli tanah, mendirikan bangunan, pemeliharaan dan izin gedung gereja. Uang persembahan digunakan untuk membangun “gereja” (umat Tuhan) yang membutuhkan, membiayai perjalanan para rasul dan pelayanan lima jawatan yang ada, pekabaran Injil dan pelayanan diakonia(sosial).
Dalam gereja mula-mula (di rumah) pemimpin dan jemaat lebih mudah mengatasi pencobaan. Salah satunya kesombongan rohani menganggap diri sebagai “selebritis rohani”(orang penting) atau kesombongan organisasi. Sebagaimana sering terjadi kini ketika jumlah anggota jemaat bertambah besar dan aset organisasi bernilai milyaran rupiah, karakter pemimpian maupun anggota jemaatnya berubah.
Pengkaderan pemimpin lebih mudah dalam jemaat mula-mula. Menjadi pemimpin pada saat itu lebih menekankan pada fungsi membapai dan melayani sesama bukan sebagai sebuah jabatan bergengsi sebagaimana terjadi dalam gereja modern. Dimana pemimpin gereja lebih mirip CEO sebuah perusahaan mapan dengan gaji besar. Patut disayangkan hal ini terjadi.
Jemaat mula-mula lebih fleksibel, mereka dapat bertemu di rumah bahkan di kuburan bawah tanah (katakombe), di dalam gua atau hutan. Meski coba dihambat mereka merambat semakin dibabat mereka makin mencuat. Jemaat ini sudah teruji sulit untuk dihambat meskipun mengalami penganiayaan berat bahkan dapat dikatakan sadis.
Jemaat mula-mula menekankan setiap anggotanya untuk menjadi pelaku firman Tuhan dan berfungsi memperluas Kerajaan Allah. Jemaat modern lebih suka mendengarkan khotbah, dengan hanya sekedar mendengar saja kita hanya belajar sedikit. 10% dari apa yang kita dengar sajalah yang masih kita ingat dalam tempo 3 hari. Bandingkan dengan jemaat mula-mula yang bukan saja melakukannya tetapi juga mengajarkannya pada murid atau orang percaya lain, 90% apa yang mereka dapatkan menjadi bagian dalam kehidupan mereka.
Jemaat mula-mula memberitakan Injil secara natural, semua orang terlibat dalam pelebaran Kerajaan Allah dan dalam hal menghasilkan murid bukan semata tugas para rasul saja. Bandingkan dengan gereja modern kita yang menitikberatkan tugas pelayanan atau pekerjaan Tuhan hanya pada sekelompok rohaniwan. Lingkup memenangkan jiwa baru dan menanam gereja baru pun kini dikerjakan oleh “pasukan elit rohaniwan” yang kita kenal sebagai penginjil dan misionaris. Tidak heran kini gereja “mandul”.
SAAT TERJADI DEGRADASI DALAM GEREJA
Gereja mula-mula secara alamiah bertemu dari rumah ke rumah, biasanya mereka berkumpul dalam sebuah ruangan yang cukup besar di salah satu jemaat. Para ahli sejarah gereja sepakat bahwa jumlah mereka berkisar 15-20 orang. Ketika jumlah mereka membesar, otomatis mereka akan memulai kelompok baru di rumah jemaat yang lain. Jika tidak maka dapat dipastikan akan timbul masalah. Origen, dalam khotbahnya di gereja rumah di Kaisarea mengatakan,”Orang-orang yang bersembunyi dalam jumlah besar biasanya memiliki kisah yang mengenaskan.”
Pada tahun 95, Rasul Yohanes meninggal di Efesus, ia merupakan rasul dan murid Tuhan Yesus terakhir yang meninggal dunia sedangkan yang lainnya telah mati sebagai martir. Sejak saat itulah perlahan-lahan “gereja mula-mula” mulai memudar sinar dan pengaruhnya. Tahun 100 baptisan Roh Kudus hilang dari pengajaran gereja, disusul dengan hilangnya pengajaran tentang penumpangan tangan dan nubuatan pada tahun130. Tahun 160, kepemimpinan jamak (kepenatuaan) digantikan dengan sistem keuskupan. Lebih celaka lagi tahun 180 muncul denominasi pertama (denominasi berasal dari kata Denome = the name artinya nama), tanpa sadar roh Babel (Kejadian 11:1-9) menyelusup ke dalam gereja Tuhan sepeninggal Yohanes, membuat umat Tuhan mulai terpecah belah dan kesatuan lokal dalam sebuah kota hilang dari gereja. Tahun 185 baptisan orang percaya hilang dan tahun 210 keimamatan orang percaya mulai digantikan imam-imam profesional. Dan tahun 225 spontanitas dalam pertemuan ibadah lenyap.
Tahun 300, gereja kehilangan pengajaran kekudusan dalam keluarga dan para imam dilarang menikah mulai saat itu. Kekristenan yang tadinya menekankan kekuatan pada hubungan (relation) terhadap Tuhan dan sesama saudara seiman, kini mulai terjebak pada keagamawian (religion) yang menekankan pada upaya manusia berbuat kebajikan terhadap Tuhan dan sesama. Ketaatan bukan karena kasih (dengan rela hati) tetapi hukum (dengan berat hati).
Gereja mula-mula makin melemah, sekitar tahun 311-313 pemerintah Romawi mengeluarkan Edik (dekrit) Milano dimana kekristenan menjadi salah satu agama di antara agama-agama lain (diakui resmi). Seiring bertobatnya kaisar Konstantin dan menjadi Kristen pada tahun 312. Hingga sejak itu tidak ada lagi penganiayaan terhadap orang Kristen. Tetapi sejak saat itu pula orang Kristen mulai beribadah di gedung ibadah yang disediakan pemerintah Romawi. Dilayani oleh kaum rohaniwan yang akan memimpin semua acara keagamaan seperti pemberkatan nikah, baptisan air, pentahbisan “imam” dan kegiatan keagamaan lainnya.
Pada masa itu negara memberi kuasa bagi para “imam” untuk menekan mereka yang tidak taat kepada peraturan yang ada. Mereka yang tidak mau taat akan menghadapi konsekwensi dibunuh atau dihukum jika melanggar peraturan kerohanian dan standar-standar yang telah ditetapkan. Gereja sudah menjadi tawar dan padam kala itu. Pada masa itu gereja hidup berdampingan dan kompromi dengan agama-agama palsu.
Kurang lebih tahun 320, permulaan sebuah kebiasaan baru dengan menggunakan lilin di dalam kebaktian dan berdirinya biara pertama yang didirikan oleh Pachomius di Mesir. Tadinya “gereja” mendapatkan amanat dari Tuhan untuk berfungsi sebagai garam dan terang di tengah masyarakat tetapi kini “gereja” menarik diri dari tempatnya. Gereja mengasingkan diri dari dunia yang gelap kala biara berdiri. Kelompok orang percaya yang seharusnya menjadi teladan dalam masyarakat kini mengasingkan diri demi menjaga kekudusan, punya waktu lebih dengan Tuhan, dll. Tujuannya baik, idenya baik tetapi tidak semua tujuan dan ide baik berasal dari Tuhan. (Good destiny and good idea are not always God’s destiny and idea)
Setahun kemudian 321, hari Minggu ditetapkan sebagai hari raya kudus di seluruh wilayah kekaisaran Romawi. Dan sejak tahun 336, perayaan Natal ditetapkan sebagai hari suci umat Kristen di Roma. 25 Desember atau Natal sebelumnya adalah perayaan hari lahirnya Dewa Matahari dimana diubah sebagai perayaan hari lahirnya Tuhan Yesus pada saat itu. Pada tahun 350 mulai muncul prinsip amal sebagai pengganti pengajaran keselamatan adalah kasih karunia Tuhan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.
Tahun 380 keluarlah Edik (dekrit) Theodosius 1 Agung yang menyatakan kekristenan sebagai agama satu-satunya dalam kekaisaran Romawi. Edik atau dekrit ini diberlakukan di seluruh kekaisaran Romawi pada tahun 392. Gereja mulai berkompromi dengan kekafiran, gereja lebih mengutamakan gedung sebagai tempat suci, berdoa pada patung, mimbar atau altar, beragam atribut hingga menjadikan doa sebagai mantra. Inilah awal yang saya namakan “kecelakaan gereja”. Setiap warga Romawi dipaksa menjadi anggota gereja dan harus percaya kepada “Lex Dei” yaitu hukum iman. Segala kelompok dan gerakan, termasuk orang Kristen yang berkumpul di rumah dilarang bertemu. Beribadah di rumah menjadi sebuah kegiatan terlarang dan barangsiapa tetap melakukannya akan ditangkap sebagai seorang kriminal. Mulailah terjadi sebuah era dimana “gereja” menganiaya gereja.
Praktek baptisan percik dimulai pada tahun 400, hukum indulgensia (pengampunan dosa) mulai diajarkan dan populer. Sejak itu dimulailah perjalanan gereja memasuki “the dark ages” selama 1200 tahun.
Setelah itu gereja makin lama makin meninggalkan “the sound doctrine”(doktrin yang benar). Tahun 431 adalah permulaan penyembahan kepada Bunda Maria (theotokos). Sejak tahun 440 hingga 460 Leo 1 Agung menjadi Paus pertama dalam arti sebagai pemimpin penuh dari gereja sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Tahun 593 muncul dogma Api Penyucian (purgatorium) yang ditetapkan oleh Paus Gregor 1 Agung. Pada tahun 600 muncul doa kepada Bunda Maria, orang-orang suci dan para malaikat semakin berkembang.
Saat degradasi terjadi dalam gereja muncullah Muhammad pada tahun 570-632 dan agama Islam berkembang. Wilayah-wilayah yang dahulunya telah dimenangkan bagi Tuhan kala itu beralih imannya akibat “degradasi” iman yang terjadi dalam gereja.
Hingga suatu hari terjadi “sejarah hitam” yang dilakukan oleh gereja yaitu “perang salib”. Gereja yang seharusnya hidup dalam kasih, menyatakan kasih dan dikenal sebagai orang-orang yang penuh kasih sayang menjadi kaum barbar dengan mengatasnamakan Tuhan.
Jumat, 07 Mei 2010
How do I start a house church?
A very practical "Weekly Thoughts" today: How do I start a house church?
Right after "How can I find a house church in my area?", "How do I start a house church?" is the 2nd most common question I receive. There are several things to consider.
In scripture we have the names of several people who were the original hosts/leaders of their own house church; Lydia in Philippi, Jason in Thessalonica, Titus Justus and Crispus in Corinth, Priscilla and Aquila in Ephesus (and at another time in Rome), Philemon in Colossae, a lady named Nymphas in Laodicea.
(Acts 16:15, 40; 17:5; 18:7-8; I Cor 16:19; Rom 16: 3-5; Col 4:15, Philemon 2)
The pattern is that usually the full burden does not rest on any one individual - they had help. For instance, we are told Lydia had employees and the Philippian jailer and family, Philemon had employees, and in Corinth the Jewish leader of the synagogue Crispus teamed up with the Roman, Titus Justus. Apparently though, Priscilla and Aquila, a husband and wife team, appear quite gifted with hospitality for they are mentioned as hosting the church in their homes both in Rome and Ephesus - wherever they went apparently they hosted the church.
We have found the same pattern to be true; unless really graced with hospitality, you will need to team up with someone at some point. Maybe at the start you can host and lead alone, but after a bit the Lord will usually bring someone alongside on the same spiritual page to bear the load. From there we've found that rotating homes and leaders each week shares the load and brings everyone up spiritually. If at some point you don't start rotating leaders and homes each week, meetings become a miniature of what we left, with everyone looking to one couple or one leader for 'the word'.
Intentional
Many house churches start by de-churched friends inviting other de-churched friends over for a meal, some prayer, worship, study in the Word - and talk of home based church. House churches differ from prayer meetings or Bible studies in that people who attend are serious and purposeful about why they are meeting on a regular basis.
We use the word 'intentional' in several applications here in our Tulsa churches. We are intentional about each other, intentional about how and why we meet, intentional neighbors and intentional about moving those we fellowship with 'up' in our priorities in life - in prayer, in fellowship, in communication between meetings.
One does not just start a house church without these careful considerations. This is not just another event to fill the week, it is intentional Christianity, relationship based faith and relationship based church.
Starting
Earlier in this series I spoke of following Jesus' instructions from Luke 10 of finding people of peace. These are people who accept you for you long before they accept Jesus. They are family, friends/neighbors and those in the community, and co-workers. They are people within your existing sphere of influence. There are many people, believers and unbelievers, who prefer to come to a living room rather than a church building.
Thus hosting starts very small scale, often 1 or 2 others. Have a meal in your home, then have a time of worship and prayer and discussion...that's how it starts. That said, I know one situation where a couple decided after a time of not going anywhere to church to invite everyone they knew that was de-churched. They started right off with 6 or 7 couples and families!
Intentional prayer
When a house church actually meets varies, but a threshold is crossed when people realize the seriousness of what they are doing - mentally the jump is made that this is more than just friends having a meal and time in the Lord - this is their spiritual home and their spiritual family.
When that happens sometimes the switch is made to meeting Sunday mornings, sometimes Saturdays, sometimes a weekday night - but the mental change happens that this is church, this is my spiritual family.
So here is what happens typically, but not all the time, just a sample: People arrive and visit for the first 1/2 hour or so. (The host has put out some water and finger foods - maybe cheese and crackers and fruit - something simple.)
After the first 1/2 hour or so the host/hostess who may also be the leader(s) for the meeting, starts by asking for prayer requests...after a time of sharing those requests everyone starts praying for those needs. At this point anything can happen - people may want prayer personally, and people will lay hands on them and see what the Lord may say through the gifts of the Spirit, or just prayer.
Depending on the gifting of the leader, the group may start worshipping, or maybe just continue in prayer and the flow of the gifts of the Spirit, or right into a Bible study or hearing what is on the heart of the leader of that meeting.
Intentional worship
Worship flows from the heart, born from the existing intimacy and vibrancy of each person's closeness with the Father and Jesus, and a true worshipper can at a moments notice break forth in their own words adoration and love for the Father and Jesus. They need no cd or instrument, or if there is such, those things merely accompany the existing melody in the worshipper's heart.
God inhabits the praise and worship of his people, so if people in house church are not willing to worship vibrantly from their hearts (or not willing to learn to find their own words and melody) they're not as likely to have the manifest presence of the Holy Spirit (and gifts of the Spirit moving) in that meeting.
When people want the baptism with the Holy Spirit but struggle speaking in tongues, in many of those cases they don't know how, nor practice worship on their own - to truly get lost in the Spirit in their expression of love to the Father.
Side note: Most 'big' healings I've been a part of both personally and with others, involves the person receiving during worship, getting so caught up in expressing their love for the Father and Jesus that just being in the Father's presence, where there is no lack, heals them.
Think of it; the Greek word for 'worship' is pros-kuneo, pros meaning 'toward' and kuneo meaning 'to kiss'. Worship is therefore the intentional ("towards") kissing of the Father God - a full on expression of love - and He is seeking those who will worship from their spirit and in truth (pure motives) to worship him.
But if you say 'Let's worship' in most churches of any structure, and if you don't have someone else's music and lyrics, people don't know how to express that kind of love to the Father. That's one reason Paul says to "Speak to one another in psalms and hymns and spiritual songs, offering praise and voices and making melody in your heart to the Lord. And in everything give thanks." (Eph 5:19-20)
(So maybe a house church needs to purposely study worship a bit and not have a cd for a season until people learn how to worship, how to use their own words instead of a song writers to tell Father God why they love Him, and why they love Jesus?)
Intentional Word
The things of God involve the Spirit and the Word - both elements must be present. If you have the Spirit without the Word people get off balance. If you have the Word without the Spirit things are dry and boring.
If people in house church are not willing to move from their heart - if they haven't mentally prepared to be active and go over and lay hands on someone and expect God to speak through them or give them a word for that person - then house church will stagnate.
In many meetings the vibrancy of prayer and worship lead naturally into a study and discussion of the Word, though in practice the Word and prayer and worship may follow any order, differing according to how the leader feels led for that meeting.
This is where people get nervous - the expectation that they will bring forth a study or message. In house church though everything is discussion oriented, not sermon oriented. Many excellent times in the Lord have started with merely a single verse, or a single thought about a single verse even. You're among friends, others will fill in the gaps because it's discussion oriented...relax, share what's on your heart, it's safe.
Paul told the Corinthians "When you come together every one of you has a psalm (worship/prayer), revelation (something God showed me, this week or another time), doctrine (something God taught me this week or another time), tongues/interpretation (freedom to move in the gifts of the Spirit)." I Cor 14:26
Depending on the way God created whoever is leading is how the meeting will go. A leader more graced in intercessory prayer may lead everyone in worship and prayer, a teacher may forgo worship in favor of a deep study in the Word, someone may just have one recurring thought that stayed with them all week they'd like to share (a revelation) - and it goes from there.
The point is that it is intentional. Whoever is leading is seeking the Father for the upcoming meeting. My pattern has been, and often this is the case with others I've discovered, is along about Wednesday (for a Sunday meeting) the Father starts putting a thought or verse or Psalm or revelation or subject on the leader's heart - and they think on that for those several days before the Sunday meeting. It's natural, flowing, and completely easy because a person can be themselves, as the Father directs them.
Intentional relationships
A house church revolves around people as guests in someone's home, getting to know one another. As such one of our founding verses is Galatians 2:9: "But when Peter, James and John...perceived the grace in Barnabus and me, they gave us the right hand of fellowship..."
Perceiving the grace is essential to knowing and loving people of varying ages, races, backgrounds, and life experience. Perceiving the grace in the verse above meant that though Peter and the others were called to the Jews and Paul to the Gentiles, they were in fellowship and relationship. Peter would later write that some of what Paul wrote was hard to understand, meaning that even though he didn't fully understand Paul's call, teachings, or life experience, he perceived the grace and loved him. (II Pet 3:16)
This means we look for Jesus in another person - when you find Jesus in them and what He has done and is doing in them, their past, their race, their socio-economic standing falls into the category of irrelevance. This is how we walk in love with people who are very different from us - perceive in your spirit Jesus in them, and love Him in them.
House churches do go through stages though. We've found that for the first 90 days all are on best behavior. In the 3-6 month time frame (if they stick around), personality conflicts arise and people have to learn to perceive the grace in others. In the 6-9 month time frame they work through it all, learning how to be proactive in meetings and walk in love, and by 12 months a core group of friends has worked through personality conflicts and grown to truly enjoy each other's company. Somewhere in the 6 month to 18 month time frame a house church starts turning outward to invite others - though this varies widely.
Intentionally connected
Lastly, there are no stand alone house churches in the New Testament. Many start off as individual house churches, all alone, like in Acts 11 in Antioch, or Acts 16 in Philippi. But at some point each house church sought to be connected to an apostle and a larger network of house churches. From those relationships people wrote back and forth, traveled back and forth, sent money back and forth - they were connected to each other.
It must have been some discussion in Corinth, for according to I Corinthians 3 they were acting like un-born again people, so caught up in strife were they over this issue - some said they wanted to be associated with Apollos, some with Paul - he told them it shouldn't be a point of strife and they were acting like babies. Later in chapter 9 he told them he was the most instrumental in their spiritual life and they should be supporting him, but the point is they wanted to be connected.
In Antioch, once connected to the leaders in Jerusalem, they sent an offering to help against a prophesied famine, and Paul thanks the churches in Philippi (which started you'll recall in Lydia's house) for sending support twice while he started the house church in Thessalonica - they wanted to help start other house churches by extension through Paul's ministry. (Acts 11:29, 16:40/17:1-8, Phil 4:15-16)
And in II Corinthians 8 Paul is receiving an offering for the leaders and believers in Jerusalem from the Corinthians and once again mentions the house churches of Philippi and area (Macedonia) giving as well - so Philippi was connect to Thessalonica and also to Corinth and all were connected to Paul who was also connected to Jerusalem....and on it goes.
We try to emulate Paul - he sought to build relationships not a network. Networking and those relationships developed naturally over time, but relationships were the point.
And that is why this second foundational verse is so important, from II Corinthians 1:24: "Not that we would have dominion over your faith, but are helpers of your joy, for by your own faith you stand."
Neither Paul nor we have dominion over someone's faith - each house church is an independent, real church. Our part as leaders, and as others in a network, is to be helpers of joy. And there is great peace in that.
Be intentional, you can do it, you're not alone!
New subject next week,
Blessings,
John Fenn
www.supernaturalhousechurch.org
Rabu, 05 Mei 2010
House church culture
House church culture
Today I'll share about the 'culture', the 'mind set' of house church especially geared towards those thinking about house church - I think this will help define differences for you. If you're in house church, my hope is that it will further define some of those intangibles that make house church, house church.
I'll make some generalized statements about traditional church structure for the purpose of comparison and making a point, and as such I am not trying to offend, merely making generalized observations.
As such, the major difference in house church culture from traditional church culture is this: Traditional church has trained whole generations to look at church as 'what can it do for me' or 'what it can do for my family', rather than "How can I grow in Christ in safe relationships with true friends, and contribute to the overall well being of a (home based) family of faith, that is also outwardly directed to my community."
Some years ago I consulted with traditional churches and Bible schools, and I would have the pastor distribute questionnaires asking why people chose that church. Without fail pastors were surprised and humbled when the results were tallied. "Sermon" was way down the list in terms of why people went to any given church. "Children's church/youth group" and "nursery" were nearly always the #1 reasons, followed by 'good music' or 'good worship'. One pastor's sermons even fell below 'parking lot shuttle service'.
Some use church for social reasons too. They use the nursery and children's church as a babysitter so they can have a break, or as a means to meet people their own age, or they love sitting back and listening to a choir or full band. I've had several lukewarm husbands tell me candidly when away from their on-fire-for-the-Lord wives that they come to church mainly 'because it's good for business'.
Ouch
By contrast, the culture of house church can be illustrated by quoting an Indian man when a friend of mine visited his country. He told my friend: "You Americans preach a different gospel than we do. You tell people if you receive Jesus as Lord you will gain your health, you will gain money, you will gain your family and business. We tell people if you receive Jesus as Lord you may lose your health, you may lose your money, you may lose your family, you may lose your business, you may even lose your life."
People in house church have a different set of priorities. We think in terms of the relationships we have within house church are so rich that we'd like to include others in those relationships, and so look for people of peace in our existing spheres of influence in family, community, and work to get to know better and invite to our living rooms.
We in house church think how to include others in our lives, traditional thinking seeks to include others in programs.
House church is messy. We get to know one another and as such pray for each other and track those prayers weekly. We know when someone is having a hard time financially and have the opportunity and responsibility to respond, both individually and as a (house) church.
Traditional church is sanitized Christianity, sanitized faith. It's largely reduced to theory and best case scenarios. You can give money to a program without ever having to actually know a person and their situation. In house church you get to know the person for whom the formulas didn't work. You share their hurts, their victories.
House church in involved Christianity. Rather than give to programs where specialists in a particular 'outreach' go to prisons or take meals to the sick or collect and distribute food and clothes or work on someone's house in need of repair, those in house church become those 'specialists' for people for those in our midst. WE take the food ourselves. WE go take money to pay an electric bill, or work on someone's house.
Outside the box
Traditional churches are by nature inwardly directed - not an indictment, just fact. By their nature they are all about attracting people which attracts money and volunteers to carry forth the vision of the church. In my consulting days the #1 question pastors asked was "How do I shut the back door?" (Keep people from leaving) coupled with it: "And how do I grow my church or school?"
For that reason all their problem solving thinking is confined to that structure. If there is a social need - start a program (clothing, bus, singles, young married's, food pantry). That thinking goes to the congregation as well; if this church doesn't meet my needs or those of my family, we'll leave and search for another traditional church that has the program we need.
House church is comprised of people who value the relationships they have in that house church as a foundation in Christ. Therefore solutions to issues are found via relationships. Someone needs food while recovering from surgery; organize everyone who meets in the living room to take food to them because when one hurts we all hurt - not a program, but a house church community response.
Young families needs not being met? Divide out to a young family house church and start inviting other de-churched Christians or people of peace non-Christians to house church. Someone doesn't have transportation to the meetings, YOU go out of your way to pick them up and then drop them back home.
We don't think in terms of 'if our needs aren't met we'll go to another church', but rather, how can I be part of the solution? What provision has the Lord made for us and our family in our larger house church family? How can we be outwardly focused to bring others into the richness that we have in these relationships in house church?
Lastly...
House church meetings require preparation, especially for the leader(s) that day. This isn't for people who want to sit back and not participate nor have anything to share. Whoever is leading that day is expected to take it seriously, spending time in the Word or prayer and with the Lord to get a leading on the direction for that meeting. If whoever is leading does not do this, house churches become social meetings revolving around fellowship, food, light prayer, but no real spiritual meat, and it stagnates.
So for all those thinking about house church, many of whom this is the first time receiving my Weekly Thoughts, I encourage you to read #1 and #2 on this subject at our home page under 'articles'. House church meetings meet with purpose, with priorities being the people in that house church - and growth in Christ. Next week, the last of the series...how to start, how to walk in love with such diverse people, and more!
Blessings,
John Fenn
www.supernaturalhousechurch.org
Label:
gereja,
GEREJA RUMAH,
house church,
simple church
Selasa, 04 Mei 2010
“APAKAH GEREJA ?” (E-BOOK BE THE CHURCH)
“APAKAH GEREJA ?”
Saat kita mendengar kata gereja, apakah yang terlintas dalam benak kita? Bagi mayoritas orang itu merupakan sebuah tempat atau gedung ibadah bagi umat Kristen, mungkin dengan lambang salib di atas kubah gedung tersebut. Tetapi benarkah gereja merupakan sebuah tempat? Sebagian orang lagi menganggap gereja sebagai acara kebaktian (khususnya hari Minggu). Benarkah gereja hanya tentang acara semata? Ada pula yang menganggap gereja adalah organisasi agama dimana seorang Kristen wajib tergabung di dalamnya. Beberapa orang menyatakan gereja merupakan organisasi keagamaan yang sudah disahkan atau ditetapkan sebuah denominasi tertentu yang diakui pemerintah. Pernah suatu kali saya bertanya pada beberapa orang Kristen, mengapa mereka menjadi anggota gereja. Jawabannya, cukup mengejutkan, mereka bergabung agar mereka bisa diberkati pernikahannya atau dimakamkan saat meninggal. Benarkah gereja hanya semata organisasi buatan manusia? Apakah sesempit itu makna kita menjadi anggota dari keluarga Allah? Kita perlu menemukan kembali makna dari gereja itu sebenarnya.
Kata “church” (bahasa Inggris), “kerk” (bahasa Belanda), “die Kirkche (bahasa Jerman) atau gereja dalam bahasa Indonesia (kata ini kita diadopsi dari bahasa Portugis “igreja”) sebenarnya berasal dari kata sifat dalam bahasa Yunani kuriakos yang berarti “dari Tuhan” atau “milik kepunyaan Tuhan”. Sedangkan kata benda dalam bahasa Yunani yang mendekati konsep ini adalah sunagoge yang dapat berarti ganda; “umat Tuhan dan tempat khusus dimana mereka berkumpul”. Di dalam Perjanjian Lama kata jemaat mempunyai dua pengertian, yaitu edah yang digunakan untuk menyebut sekumpulan umat Israel (Keluaran 12:47) dan kahal yang digunakan untuk menyebut umat Israel sebagai jemaat yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah (Imamat 16:17). Namun menariknya dari arti-arti di atas tak ada satupun yang digunakan dalam Alkitab untuk mengacu pada jemaat atau gereja.
Kata gereja pertama kali disebut dalam Matius 16:18, “Akupun berkata kepadamu:”Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya.” Kata Bahasa Yunani yang Yesus gunakan ialah “ Ekkaleo” dan Yesus adalah orang pertama yang menggunakannya setelah zaman para nabi berakhir. Sebelumnya para nabi memberitakan kehendak Allah dengan pola berpikir kerajaan (Kingdom minded). Artinya semua nabi yang ada sebelum Yesus (termasuk Yohanes Pembaptis) menggunakan istilah Kerajaan. Kata Ekkaleo yang merupakan akar kata dari Ekklesia yang punya pengertian “dipanggil keluar”, merupakan istilah yang menunjuk kepada sebuah kelompok masyarakat yang dipanggil keluar, yang dipilih untuk berdiri di pintu gerbang untuk membuat/mengambil keputusan yang mempengaruhi sebuah kota. Gereja = Kerajaan.
Setiap kali kata “gereja” muncul dalam Perjanjian Baru ia berasal dari kata ekklesia. Kata ini tidak seperti kuriakos maupun sunagoge sebab ekklesia tidak pernah mengacu pada bangunan atau tempat menyembah. Kata ini selalu mengacu pada sebuah pertemuan, kumpulan orang atau jemaat. Di luar Perjanjian Baru, kata ekklesia ini digunakan oleh perkumpulan politik yang secara teratur bertemu untuk suatu tujuan yaitu membuat keputusan atas kota dimana mereka tinggal. Yesus menggunakan kata-kata yang pasti telah dimengerti oleh orang-orang yang mendengarkanNya.
Jadi gereja bukanlah gedung atau denominasi tetapi kumpulan orang-orang yang dipanggil keluar untuk melakukan keputusan Allah terhadap suatu daerah tertentu. Sebagaimana tertulis dalam I Petrus 2:5-9,” Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.” Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.” Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan. Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Gereja bukanlah organisasi, acara, program atau bangunan, sebab gereja adalah kumpulan orang percaya. Gereja tidak bergantung pada adanya gedung, organisasi, acara atau program. Bahkan dalam Kamus Alkitab yang ada dalam Alkitab terbitan LAI pun menyebutkan arti gereja atau jemaat sebagai “Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, baik yang di satu tempat maupun keseluruhan persekutuan Kristen. Juga disebut Tubuh Kristus yang didiami Roh Kudus. Bahasa Yunaninya ekklesia berarti perkumpulan orang-orang yang dipanggil dan dipilih Tuhan.
Wouw, sesuatu yang mengejutkan Anda? Kalau ya, fasten your seat belt, please (harap kencangkan sabuk pengaman Anda). Akan ada banyak hal yang mungkin mengejutkan Anda di halaman-halaman selanjutnya.
TAHUKAH ANDA KAPAN KITA MENGGUNAKAN “GEDUNG”?
Gedung pertemuan ibadah baru dikenal pada tahun 327 M yang diprakarsai oleh Kaisar Konstantin. Gedung ibadah tersebut dibangun berdasarkan basilika Romawi yang mengikuti model kuil-kuil penyembahan berhala Yunani. Sebelum masa itu gereja mula-mula bertumbuh, berkembang dan mempengaruhi dunia tanpa gedung ibadah. Kita harus mengingat bahwa Kaisar Konstantin merupakan penyembah Dewa Matahari sebelumnya.
Melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, Ia telah membuat rumah Allah yang baru yaitu gereja atau kita sebagai kumpulan orang percaya. Tuhan Yesus menyatakan, “Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?”Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri” (Yohanes 2:19-21). Lebih jauh lagi ada tertulis dalam Alkitab, “Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Korintus 3:17, 6:19). Allah tidak berdiam di dalam gedung konstruksi buatan manusia, itu merupakan pelecehan terhadap karya Kristus di atas kayu salib. Ada tertulis dalam Kisah Para Rasul 7:48,”Tetapi Yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia.” Ia tinggal dalam diri kita dan bukan di sebuah gedung. Kini tubuh kita adalah bait Allah yang harus dijaga kekudusannya setiap saat.
Gereja mula-mula berkumpul di rumah-rumah, inilah pola Allah bagi gerejaNya. Ini merupakan pola penggembalaan dimana setiap anggota saling memperhatikan, peduli, berkorban, melengkapi, terbuka, belajar dan bertumbuh bersama. Bahkan strategi penginjilan Yesus adalah melalui rumah – rumah. Dalam Matius 10:12-14,” Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.” Atau dalam Lukas 10:5-7,” Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.” Orang Kristen berkumpul di rumah-rumah atau dapat dikatakan mereka bergereja di rumah. Apakah ini alkitabiah? Ya, tentu saja apa yang saya tuliskan memiliki dasar Alkitab.
Kisah Para Rasul 2:46 “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah (*). Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.”
Kisah Para Rasul 5:42 Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah(*) dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.
(*) Jemaat mula-mula berkumpul di “Bait Allah” (hanya ada di kota Yerusalem saja) saat mereka belum dianiaya oleh orang Yahudi. Namun itupun bukan berarti mereka berkumpul dan berada di dalamnya sebab hanya kaum Lewi saja yang boleh berada di dalam. Ingat struktur Bait Allah yang terbagi pada tiga bagian yaitu halaman, ruang kudus dan ruang maha kudus. Jemaat mula-mula mereka berada di “halaman” saja. Halaman merupakan tempat hang out pada masa itu. Bait Allah pun “hanya” ada di Yerusalem. Sebagai gambaran bagi kita yang hidup di Indonesia, bila Anda berada di Alun-alun sebuah kota biasanya juga terdapat sebuah “tempat ibadah” dan dihadapan tempat ibadah tersebut biasanya ada halaman atau taman dimana orang-orang dapat berkumpul atau melakukan suatu aktivitas. Jadi bila anda membaca Kisah Para Rasul dan membaca jemaat mula-mula berkumpul di bait Allah, mereka tidak beribadah sebagaimana di gereja modern kita dewasa ini. Bait Allah bukanlah gedung gereja sebagaimana yang kita gunakan kini.
Kisah Para Rasul 8:3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Kisah Para Rasul 12:12 Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.
Kisah Para Rasul 16:40 Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.
Kisah Para Rasul 20:20 Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu.
Roma 16:5 Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus.
1 Korintus 16:19 Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priskila dan Jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu.
Kolose 4:15 Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia; juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya.
Filemon 1:1-2 Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu.
Pada dasarnya kata jemaat atau gereja selalu menunjuk pada jemaat yang bertemu di rumah dan tidak menunjuk pada denominasi-denominasi atau kelompok-kelompok gereja yang terorganisir ataupun pada bangunan-bangunan gedung gereja. Kelihatannya Alkitab lebih banyak memberikan informasi tentang gereja yang bertemu di rumah dari pada tentang gereja yang kita kenal sekarang ini.
Dalam Perjanjian Baru kita mengenal 3 ekspresi gereja yaitu Gereja Universal – Tubuh Kristus (Mat 16:18), Gereja Lokal atau Kota (Wahyu 2:1,8,12, 18 ; 3:1, 7, 14) dan Gereja yang bertemu di rumah-rumah ( Matius 18:15-20, Roma 16:5, dst).
Gereja ada untuk kotanya. Ia adalah agen Kerajaan Allah untuk menghadirkan KerajaanNya atas kota tersebut. Gereja ada untuk kesejahteraan kotanya. Ingat Doa Bapa Kami? Matius 6:9-10 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Gereja berkumpul secara teratur dan memiliki tujuan tertentu saat berkumpul.
Sedangkan gereja modern yang kita kenal saat ini adalah Gereja Denominasi (organisasi), Kongregasi (pertemuan ibadah atau kebaktian menurut tradisi setiap minggu) dan kebaktian di rumah tangga sebagai bagian program dari gereja pusat.
PERBEDAAN DALAM GEREJA MULA-MULA DAN MODERN
GEREJA MODERN GEREJA MULA-MULA
LOKASI Gedung Ibadah Di rumah-rumah
UKURAN Besar, hubungan renggang Kecil, hubungan akrab
HUBUNGAN Jauh, cenderung tidak saling kenal dan acuh Dekat, transparan, saling peduli
ADA MASALAH Cari pendeta/Gembala Sidang Saling menasehati dan membangun satu dengan yang lain
CARA HIDUP Individu, perseorangan Komunitas, kebersamaan
PUSAT Kebaktian atau ibadah di gedung ibadah, dan aktif mengikuti program yang ada Ketaatan sebagai pelaku Firman Tuhan setiap waktu yang dimulai di rumah atau keluarga
KEHIDUPAN DOA Pilihan pribadi, terbatas Penekanan yang kuat
PENGINJILAN Penjangkauan keluar oleh orang-orang khusus, melalui program-program khusus Pergi ke tetangga, saudara, teman dan masyarakat menjadi “kabar baik” dan bermultiplikasi secara alami
PEMURIDAN Kelas, buku bacaan & catatan, sedikit teladan, transfer pengetahuan “Mulut ke telinga”, teladan hidup, transfer pengetahuan dan kehidupan.
KEPEMIMPINAN Gembala Sidang, kepemimpinan tunggal Kepenatuaan, kepemimpinan jamak
TUGAS PEMIMPIN Memimpin program kerja, menyampaikan khotbah dengan baik, mendoakan jemaat, visitasi dll Memperlengkapi jemaat untuk melakukan pekerjaan Tuhan bersama-sama
KEUANGAN Persembahan & Perpuluhan dari anggota Membagi apa yang mereka miliki, jemaat mau saling berkorban bila ada sebuah kebutuhan
PENGAJARAN Menekankan pengajaran atau kepercayaan khusus dari denominasi tsb. Disampaikan oleh “orang tertentu” Mempelajari & mengaplikasikan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Setiap jemaat dapat saling belajar dan berbagi.
GAYA PENGAJARAN Statis, berpusat pada khotbah atau pengajaran satu arah Kinetis, ada dialog dan tanya-jawab
KARUNIA ROHANI Kurang berperan. Hanya dilakukan oleh orang tertentu Dipraktekkan secara teratur oleh semua orang percaya untuk saling membangun
HARAPAN PADA ANGGOTA Setia hadir pada tiap program, memberi perpuluhan, masuk kelas pemuridan, aktif membantu “pelayanan”, membawa banyak orang ke “gereja” Menjadi “gereja” dimana saja, membawa “gereja” dalam masyarakat, melayani orang lain, menjadi terang dan garam di dunia, menjadi alat transformasi bagi kotanya
PERSPEKTIF Ibadah raya sebagai titik fokus Jemaat yang bertemu di rumah sebagai titik fokus
KATA KUNCI Jadilah anggota “gereja”, datang bertumbuhlah bersama kami Jadilah murid Kristus, pergi dan jadikan semua bangsa murid Kristus
MISI Mengutus utusan Injil, profesional dan sudah terlatih. Gereja mengutus dirinya sendiri untuk bermultiplikasi, jemaat menyadari semua terlibat misi dari Tuhan
KOMITMEN Memperluas institusi atau denominasi, keseragaman Memperluas Kerajaan Allah, bergerak bersama tubuh Kristus yang ada tanpa memandang “organisasinya”.
SPIRITUALITAS Kristen cek-list, ketaatan pada agama/hukum, pemisahan antara kehidupan rohani dan sekuler Menjadi “gereja”, taat karena mengasihi Tuhan, kehidupan rohani maupun sekuler manunggal
Langganan:
Postingan (Atom)